Mengenang kembali percakapan-percakapan kecil di antara sahabat, yang dengan ide kreatifnya telah dituangkan menjadi sebuah catatan hidup bagiku hingga saat ini. Ternyata, meski masih ada cita-cita yang sedang kuperjuangkan, banyak pula yang harus rela kutinggalkan. Kepada seorang sahabat terbaik yang pernah kumiliki, kukirimkan kenangan ini ke tempatmu yang baru di sana. Semoga Allah menerima segala amal kebaikan yang telah kau torehkan di dunia ini. Amin. (Isi seluruh bagian percakapan ini tertera sebagaimana aslinya dan merupakan cuplikan dari buku karya Atik dan Enny sebagai hadiah untuk diriku)
________________________________________________
(Setiap orang pasti punya harapan di masa yang akan datang. Sebagai manusia yang masih normal, Ika juga punya harapan-harapan. Penasaran?! Ayo kita intip lagi harapan itu. (buat Ika: dilarang senyum atau protes))
Atik (A): Cita-cita kamu...
Ika (I): Pingin jadi wanita shalehah.
A: Seperti lagunya ”Dau Ming Tse” ya? hihihi...
I: Enak aja...itu cita-cita jangka panjang aku...
A: O...kalo cita-cita jangka pendek, gimana?
I: Maksudnya?
A: Pekerjaan gitu, kamu kan kuliah di dua tempat (amphibi), jadi entar kalo udah kelar pinginnya gimana?
I: Ya, dua-duanya...
A: Wuih, jangan sok lah (mentang-mentang nge-fan sama ”Fsok”). Perawat dan guru kan dua dunia yang berbeda, maksudnya...kamu lebih condong kemana?
I: Ya...mana yang dapet! Kalo kerja jadi guru dapat lowongan, ya jadi guru. Kalo jadi nurse lebih menjanjikan, ya jadi nurse.
A: Gawat tuh, berarti kamu gak punya komitmen dong, ikut angin aja. Bahaya nih!
I: Biarin aja, hidup kan penuh persaingan. Kita harus pinter-pinter mencari celah buat sukses.
A: Matre, ihh...
I: Matre-an siapa sama kamu?
A: He...he...he...kok tahu?
I: Tau aja!
A: Trus pendapat kamu tentang nurse itu sendiri gimana?
I: Ya…nurse itu suatu profesi yang cukup baik sebenarnya. Apalagi buat cewek, cocok tuh. Tapi…fenomenanya kan ‘gak begitu. Nurse itu selalu dipandang sebelah mata. Dianggap profesi yang gimana...gitu, rendahan ’nkali ya? Apalagi memang opini nurse sebagai pembantu dokter udah cukup melekat di masyarakat kita.
A: Tapi memang bener kan?
I: Wah, nggak! Nurse itu juga butuh dasar ilmu, lho. Gak asal gasak. Jadi nurse harus punya ilmu dan skill.
A: O...trus kamu pinginnya gimana?
I: Ya...lebih baik dari sekarang, lah. Nurse itu kan mitra dokter, harus sejajar. Dokter bisa nyuruh nurse, kenapa nurse gak bisa nyuruh dokter?
A: Berarti seorang nurse juga boleh donk jadi istri dokter?
I: Maksudnya?
A: Pelangi di matamu.
I: O...itu film kebangsaan! hehehe...
A: Kalo dunia pendidikan, gimana?
I: Wah...ketinggalan!!! Bangsa kita ini paling bodoh, lho. Cuma pemimpinnya aja yang pinter (pinter bohongi rakyatnya). Sekolah-sekolah dibakar, biaya sekolah mahal, jumlah guru yang berpotensi pun sedikit.
A: Ya...testing pegneg-nya aja KKN, gimana mau berpotensi...
I: Betul itu!
A: Kalo dunia Islam sendiri gimana?
I: Gak jauh beda! Islam sedang terpuruk.
A: Kok bisa ya?
I: Umat Islam terlalu euforia sama kejayaan masa lalunya sampai-sampai lengah. Sekarang musuh menyerang dari semua sudut, kita masih musuhan sama saudara sendiri.
A: Intinya gak boleh musuhan...
I: Betul! Ukhuwah itu nomor satu. Marah boleh, tapi gak boleh lebih dari 3 hari.
A: Kalau begitu, apapun yang terjadi, kamu gak boleh marah dong sama kita.
I: Wah, itu lain!
A: Sama, ah!
I: Terserah, tapi aku yakin, suatu saat Islam pasti akan jaya lagi.
A: Ehm,...kalo jodoh gimana?
I: Gimana ya?! Gak berani berspekulasi, karena gimana kita begitulah jodoh kita kelak.
A: Seperti “Dau Ming Tse”? hehehe…
I: Kita liat saja nanti. Kalo dapet dia, aku-nya pasti kayak dia juga kepribadiannya.
A: Pinginnya yang gimana?
I: Yang shaleh donk!
A: Kalo harus married selagi kuliah?
I: Gak kebayang! Pasti dimarahi ortu!
A: Lho?!
I: Iya! Ortu pinginnya selesai kuliah dulu.
A: O...kalau dapet jodoh yang lebih muda?
I: Susah! Ortu pinginnya yang lebih tua. Yah, (kalo dapet) paling-paling entar manipulasi umurnya.
A: Rencana ya?
I: Ah, nggak,...jaga-jaga aja.
A: O...begitu. Thanks deh, wawancaranya, ngantuk nih!
(Note: Wawancara ini berlangsung tanpa sepengetahuan nara sumber. Telah melalui proses editing. Wawancara berlangsung beberapa kali di tempat yang berbeda.)
___________________________________________________
Untuk Hazraty.
Semoga Allah swt merahmatimu.
Terima kasih untuk segala kenangan yang tercipta.
Walau tak juga dapat bertemu denganmu seberapa pun besar usaha, segala puji bagi Allah yang telah menyempatkan kita untuk saling menghaturkan maaf di detik terakhir harimu di dunia.
Dan, meski tak seperti kebiasaan kita dahulu setelah selesai menunaikan shalat Ied di mesjid itu, tetap kuucapkan kepadamu salam di hari mulia Idul Adha, ”Taqabbalallahu minna wa minkum”.
________________________________________________
(Setiap orang pasti punya harapan di masa yang akan datang. Sebagai manusia yang masih normal, Ika juga punya harapan-harapan. Penasaran?! Ayo kita intip lagi harapan itu. (buat Ika: dilarang senyum atau protes))
Atik (A): Cita-cita kamu...
Ika (I): Pingin jadi wanita shalehah.
A: Seperti lagunya ”Dau Ming Tse” ya? hihihi...
I: Enak aja...itu cita-cita jangka panjang aku...
A: O...kalo cita-cita jangka pendek, gimana?
I: Maksudnya?
A: Pekerjaan gitu, kamu kan kuliah di dua tempat (amphibi), jadi entar kalo udah kelar pinginnya gimana?
I: Ya, dua-duanya...
A: Wuih, jangan sok lah (mentang-mentang nge-fan sama ”Fsok”). Perawat dan guru kan dua dunia yang berbeda, maksudnya...kamu lebih condong kemana?
I: Ya...mana yang dapet! Kalo kerja jadi guru dapat lowongan, ya jadi guru. Kalo jadi nurse lebih menjanjikan, ya jadi nurse.
A: Gawat tuh, berarti kamu gak punya komitmen dong, ikut angin aja. Bahaya nih!
I: Biarin aja, hidup kan penuh persaingan. Kita harus pinter-pinter mencari celah buat sukses.
A: Matre, ihh...
I: Matre-an siapa sama kamu?
A: He...he...he...kok tahu?
I: Tau aja!
A: Trus pendapat kamu tentang nurse itu sendiri gimana?
I: Ya…nurse itu suatu profesi yang cukup baik sebenarnya. Apalagi buat cewek, cocok tuh. Tapi…fenomenanya kan ‘gak begitu. Nurse itu selalu dipandang sebelah mata. Dianggap profesi yang gimana...gitu, rendahan ’nkali ya? Apalagi memang opini nurse sebagai pembantu dokter udah cukup melekat di masyarakat kita.
A: Tapi memang bener kan?
I: Wah, nggak! Nurse itu juga butuh dasar ilmu, lho. Gak asal gasak. Jadi nurse harus punya ilmu dan skill.
A: O...trus kamu pinginnya gimana?
I: Ya...lebih baik dari sekarang, lah. Nurse itu kan mitra dokter, harus sejajar. Dokter bisa nyuruh nurse, kenapa nurse gak bisa nyuruh dokter?
A: Berarti seorang nurse juga boleh donk jadi istri dokter?
I: Maksudnya?
A: Pelangi di matamu.
I: O...itu film kebangsaan! hehehe...
A: Kalo dunia pendidikan, gimana?
I: Wah...ketinggalan!!! Bangsa kita ini paling bodoh, lho. Cuma pemimpinnya aja yang pinter (pinter bohongi rakyatnya). Sekolah-sekolah dibakar, biaya sekolah mahal, jumlah guru yang berpotensi pun sedikit.
A: Ya...testing pegneg-nya aja KKN, gimana mau berpotensi...
I: Betul itu!
A: Kalo dunia Islam sendiri gimana?
I: Gak jauh beda! Islam sedang terpuruk.
A: Kok bisa ya?
I: Umat Islam terlalu euforia sama kejayaan masa lalunya sampai-sampai lengah. Sekarang musuh menyerang dari semua sudut, kita masih musuhan sama saudara sendiri.
A: Intinya gak boleh musuhan...
I: Betul! Ukhuwah itu nomor satu. Marah boleh, tapi gak boleh lebih dari 3 hari.
A: Kalau begitu, apapun yang terjadi, kamu gak boleh marah dong sama kita.
I: Wah, itu lain!
A: Sama, ah!
I: Terserah, tapi aku yakin, suatu saat Islam pasti akan jaya lagi.
A: Ehm,...kalo jodoh gimana?
I: Gimana ya?! Gak berani berspekulasi, karena gimana kita begitulah jodoh kita kelak.
A: Seperti “Dau Ming Tse”? hehehe…
I: Kita liat saja nanti. Kalo dapet dia, aku-nya pasti kayak dia juga kepribadiannya.
A: Pinginnya yang gimana?
I: Yang shaleh donk!
A: Kalo harus married selagi kuliah?
I: Gak kebayang! Pasti dimarahi ortu!
A: Lho?!
I: Iya! Ortu pinginnya selesai kuliah dulu.
A: O...kalau dapet jodoh yang lebih muda?
I: Susah! Ortu pinginnya yang lebih tua. Yah, (kalo dapet) paling-paling entar manipulasi umurnya.
A: Rencana ya?
I: Ah, nggak,...jaga-jaga aja.
A: O...begitu. Thanks deh, wawancaranya, ngantuk nih!
(Note: Wawancara ini berlangsung tanpa sepengetahuan nara sumber. Telah melalui proses editing. Wawancara berlangsung beberapa kali di tempat yang berbeda.)
___________________________________________________
Untuk Hazraty.
Semoga Allah swt merahmatimu.
Terima kasih untuk segala kenangan yang tercipta.
Walau tak juga dapat bertemu denganmu seberapa pun besar usaha, segala puji bagi Allah yang telah menyempatkan kita untuk saling menghaturkan maaf di detik terakhir harimu di dunia.
Dan, meski tak seperti kebiasaan kita dahulu setelah selesai menunaikan shalat Ied di mesjid itu, tetap kuucapkan kepadamu salam di hari mulia Idul Adha, ”Taqabbalallahu minna wa minkum”.