Apa itu Asepuster? Well, aku yakin tidak seorang pun yang familiar dengan kata ini kecuali yang mengerti bahasa Belanda, yang itu pun aku juga yakin bakal berpikir-pikir ke arah kesesatan, secara kata ini telah kumodifikasi sedemikian rupa sehingga gampang ditulis dan dieja dalam EYD bahasa native-ku tercinta… itulah bahasa Indonesia.
Lalu, apa pula kata Asepuster itu dalam terminologi aselinya?...Uhm, itu sebetulnya kata serapan dari Assepoester, dari bahasa Belanda, yang mana merupakan versi lain dari Cinderella, yang di edisi bahasa Inggris-nya.
Terus, mengapa juga aku pasang-pasang kata itu jadi username-ku diberbagai penjuru web? Ehe, itu karena tak lain dan tak bukan akibat asal-usul nenek moyang keluarga aku juga. Yah, kalo mau disalah-salahin, maka salahkanlah mereka itu…nyehehe…
Konon, katanya. Kata siapa? Kata orang tua, saudara-saudara, handai-taulan, ahli famili, dari cabang nyokap, alias my mom, atau bisa disebut juga, ibu kandung aku…dan adek-adek aku yang laen, bahwa nenek kandung-ku, yaitu ibu nya ibu kandung-ku (aish, repot banget ngejelasin family tree inih ya?), mempunyai seorang ayah yang bercita-rasa Arabian dan berkulit item-item gitu, dan seorang ibu yang peranakan Belanda dan berkulit putih-putih melati Ali Baba. Begitulah. Maka, kemudian lahirlah kakak nenekku yang berhasil mendapatkan gen Belanda-nya sehingga berkulit putih jua, lalu nenekku, plus dua orang adeknya yang kesemuanya bernasib seperti sang ayah…huhu…memanglah nasib…
Jadi, tidak mengherankan kalau ibuku beserta adek-adeknya, dan keturunan-keturunan mereka juga tidak mewarisi unsur-unsur ke-Belanda-annya, kecuali kenyataan bahwa adekku yang bungsu punya warna iris yang coklat-terang-bening-transparan gak jelas gitu yang mengakibatkan dia terlihat berbeda dari kita sekeluarga. Plus, tinggi badan nya juga… (iri-iri-iri.co.id)
Sehingga pula, kalau aku berinisiatif mengatakan bila aku punya nenek moyang orang Belanda, semua orang yang kukatai menjadi menarik diri disertai gelengan kepala dan ucapan-ucapan yang menyiratkan ketidakpercayaan yang kuat dan signifikan. Oh, benar-benar suatu cobaan…membuat aku bisa merasakan betapa susahnya ketika Rasul saw berusaha menyebarkan dakwah Islam di depan para mereka-mereka yang menentangnya…sungguh perjuangan yang berat lagi sulit… (Oke, memang bukan analogi yang sepadan, tapi kira-kira begitulah…hehe)
Ah, kita kembali ke topik semula jadi.
Me-recall ingatan tentang kenapa harus kata Asepuster yang kupilih diantara sekian milyar vocab bahasa Belanda, aku tidak begitu mengerti juga. Lho?! Eh, maksudnya, tidak ada alasan spesifik kenapa aku harus pakai kata itu. Yah, maklumlah, kalau kita sudah suka, maka tidak perlu penjelasan lebih lanjut. Intinya, tidak usahlah dibahas…ahehe… (melarikan diri…)
Tapi, bisa jadi mungkin karena aku suka karakter Cinderella, meskipun ada pembahasan bahwa sebenarnya tokoh Cinderella itu tergolong pemalas dan tidak suka berusaha…tokoh yang hanya mau menunggu datangnya sang Pangeran, tidak mencarinya keluar…hanya menanti dan menanti sampai sang Pangeran berhasil menemukannya dan menolongnya dari lembah penjajahan si ibu saudara-saudara tirinya…hanya seperti itulah…
Biar begitu, dalam persepsiku yang naïf ini, Cinderella bukan bermaksud demikian. Dia menjadi terlihat santai itu hanya karena karakter dirinya yang teeerlalu baik…, saking baiknya ia tidak punya maksud bahkan tersiratpun tidak di dalam hatinya untuk membalas perlakuan dari ibu dan saudara-saudara tirinya itu sengaja kejam dan kasar terhadapnya.
Kisah Cinderella hanya manifestasi usaha sang pengarang untuk menghadirkan sesosok profil yang lemah lembut dan sangat pemaaf sebagai upaya memotivasi dunia bahwa sehitam apapun kejahatan yang ada, pada akhirnya hanya…dan memang hanya…kebaikan yang murni dari hati sajalah yang mampu mendobrak dinding-dinding angkuh keburukan hidup. Ya, memang demikian lah adanya. Terserah saja bila ada yang tidak sepaham denganku, tapi di ujung cerita akan selalu ditutup oleh ketulusan dan kebaikan hati manusia.
.Quod Erat Demonstratum.
No comments:
Post a Comment