1 Mei: Hari Buruh
2 Mei: Hari Pendidikan Nasional
3 Mei: Hari Senin
4 Mei: Hari Postingan Ini
Oke, yang tanggal 3 en 4 itu bukan focus yang mau kubicarain, itu hanyalah pengecoh…supaya enggak terkesan terlalu kaku…postingan kali ini. Karena, tema yang sekarang sedang hot dan in itu adalah tema yang kaku, yaitu: mengenai buruh dan pendidikan di negeri tercintaku, Indo Raya ini.
Pertama-tama, aku ingin men-deklarasikan bahwa…bulan Mei ini sebenarnya adalah bulan penuh Cinta. Ini Serius.
Coba deh perhatikan, tanggal 1 Mei ‘kan hari yang didedikasikan karena negeri ini Cinta pada buruhnya. Trus, tanggal 2 Mei ‘tuh hari (yang sebetulnya hari jadi Ki Hajar Dewantara) untuk meluapkan rasa Cinta negeri ini terhadap dunia pendidikan (dan Ki Hajar Dewantara, tentunya).
Lalu, enggak salah kan dugaanku itu?
Yak, tentu saja. Karena kalo mau bilang salah juga enggak bisa, wong aku yang empunya blog ini, kok! Hehee…
Back to the basic…
Tapi, ternyata, TERLALU Cinta itu sangat tidak baik. Rasul saw udah dari dulu-dulu mengingatkan kita, kalau mencintai sesuatu itu harus jangan berlebihan, jangan ke-terlalu-an…begitu juga kalau membenci sesuatu. Bila sudah TERLALU, maka akibatnya juga tidak akan bagus, dan malah bisa menyebabkan kerusakan atau kemudharatan yang sulit diperbaiki.
Dan, TERBUKTI.
Karena SANGAT Cinta-nya, para buruh tetap menjadi buruh. Dengan gaji yang minimalis dan praktis. Praktis tidak bisa membangun rumah besar dan mewah.
Entah hal ini tetap ada atau tidak, ketika aku masih di Amrik dan kemudian dapat sharing link sebuah film (secretly recorded) yang di-upload ke University of Youtube, kenyataan tentang para buruh itu begitu mengenaskan. I was saddened beyond words at the time. I was shocked by the reality undercovering the labors’ life.
Dapatkah kita bayangkan? Gaji buruh hanya 10 ribu rupiah. Per hari. Imagine that? Kalau di Amrik, upah minimum per JAM itu sekitar 6 dolar-an, which is 24 x 6 = 144 dolar per HARI. Yang berarti 4,320 dolar per BULAN. Dan dengan upah sebegitu tinggi, mereka bisa menyewa sebuah apartemen seharga 1000 dolar-an per bulan nya.
But, that’s in the States. How about in this country?
Bila, se HARI = 10 ribu, berarti se JAM = 417 rupiah. WOW!!! What a number! ...speechless!...
Lalu, se BULAN = 300 ribu. Cukup bukan? Cukup untuk makan dan minum saja, minus sekolah, transport, etc…etc…
Apa yang bisa dilakukan dengan hanya 300 ribu saja? Aku tidak tahu… Kamu?
Lagi-lagi…deskripsi di atas hanyalah segelintir bagian yang terlihat…semoga upah minimum buruh di Indo sekarang sudah mengalami peningkatan yang signifikan…semoga saja…atau BELUM? Mengingat ramainya aksi demo para buruh akhir-akhir ini, apa bisa kusimpulkan bahwa ternyata mereka belum layak naik upah? Bahwa mereka masih merupakan kaum yang ter-marjinal-kan oleh para elite? Bahwa masih ada para elite direksi yang lupa bila kekayaan mereka itu ada karena berkat kerja keras para buruh itu?Bahwa…negeri ini tetap dalam stagnasi waktu…yang entah kapan bisa mulai bergerak maju.
Kalau aku udah menyebut masalah buruh, lalu apa pula masalah dunia pendidikan kita?
Sudah Jelas Terlihat.
Dengan mengusung tema besar STANDARDISASI kualitas pendidikan, Indo menerapkan batasan kelulusan siswa…yang segera saja disambut dengan tangisan, ketakutan, kecemasan, stress, hingga akhirnya peng-halalan segala cara.
Contoh saja, ada kasus kebocoran kunci jawaban. Dari usaha masing-masing individu siswa, hingga usaha gotong-royong pihak sekolah dan jajaran nya. (Tentu saja aku tidak mengarang-ngarang kisah ini supaya terbaca nyata, tapi ini bersumber dari siswa pelaku itu sendiri yang mengaku bila pihak sekolahnya lah yang membagi kunci jawaban tes ke seluruh siswa, yang mereka lakukan demi menghindari banyaknya ke-tidaklulus-an dan menjaga nama baik sekolah itu pada akhir cerita ….dan demi rasa CINTA para guru terhadap murid-muridnya)
Ternyata, pemberlakuan standardisasi nilai-nilai pelajaran itu, tidak dibarengi dengan standardisasi moral semua pihak di dunia pendidikan. Lalu apa fungsinya tujuan pendidikan nasional digembar-gemborkan agar demi tercapainya individu yang cerdas iman dan akal-nya? Perlukah di-edit dan di draft ulang tujuan pendidikan nasional, seperti: Untuk mencetak generasi yang pintar. (alias…pintar belajar dan berbohong?...Ah, entahlah…)
Sekali lagi, semoga saja negeri ini bisa menunjukkan harga diri yang sejati…seperti di tahun ’45…ketika bangsa-bangsa lain mencoba mengoyak dan mencabik kebersatuan kita…yah, semoga.
No comments:
Post a Comment