Configuration

"between the good and the bad is where

you'll find me reaching for heaven"















FrenshiPath

Daisypath - Personal pictureDaisypath Friendship tickers

Thursday, June 24, 2010

"Pandanglah Untuk yang Terakhir Kali Sebelum Gerbangnya Tertutup!"

So, di bagian paling bontot dari buku ini, penulis berniat menyebarkan ungkapan rasa terima kasih untuk all of my pals. Kenapa? Ya, karena penulis sudah menceritakan otobiografi mereka-mereka yang telah menjadi profil disini tanpa ada kesadaran dari model-model itu sendiri.

Akan tetapi, penulis merasa bahwa seyogyanya para figur menjadi senang dan mengucapkan terima kasih juga, serta mengirimkan doa setulus hati agar Allah selalu menyertai dan memberkahi penulis di setiap waktu. (maunya…hehe)

Dan disebabkan praduga inilah, penulis makin termotivasi dan lebih fokus plus serius untuk menyiapkan buku ini sebelum deadline muncul di ambang pintu.

Oleh karenanya, bagi siapa saja yang berkenan melayangkan saran dan kritikan yang tidak bersifat menghancurkan karir penulis di masa yang akan datang, penulis menerimanya dengan lapang dada, karena penulis tetap ber-husnudzan bahwa tentunya semua pasti hanya berisi puja dan puji saja. ^_^

~arigato gozaimashite~
---------------------------
------------------

Pesan Sponsor:

Maklumat ini ditujukan kepada para pengguna buku, yang mana bermaksud agar karya ini tidak dipublikasikan ke khalayak ramai tanpa seijin penulis. Ultimatum ini terpaksa ditempuh demi mencegah terganggunya privasi penulis oleh nyamuk paparazzi yang aktif mencari sensasi, dan bila saatnya tiba maka penulis sendiri yang akan melakukan debut perdana di muka forum jurnalistik tersebut. (bagi yang punya riwayat sakit maag, jangan sampai muntah ya! :)

Demikian, supaya dapat dimaklumi. Terima kasih.

“mereka yang telah pergi, akan selalu hidup…selama orang yang hidup tetap mengenang mereka dalam ingatannya”
“…tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan kau lupakan atau untuk dikenang…” (Jikustik)
 

Wednesday, June 23, 2010

"Awan Berarak Ceria"


Sahabat Sejatiku (Sheila On 7)

Hilangkah dari ingatanmu
Di hari kita saling berbagi

Dengan kotak sejuta mimpi
Aku datang menghampirimu
‘tuk perlihatkan semua hartaku

Kita slalu berpendapat
Kita ini yang terhebat
Kesombongan di masa muda yang indah

Aku raja, kau pun raja
Aku hitam, kau pun hitam
Kita teman lebih dari sekedar materi

Genggam tanganku jangan pernah lepaskan
Bila ku mulai lelah, lelah dan tak bersinar
Genggam sayapku, jangan pernah lepaskan
Bila ku mulai terbang, terbang meninggalkanmu


Demi Masa (Raihan)

Sesungguhnya manusia kerugian
Melainkan yang beriman
Dan yang beramal saleh

Ingat lima perkara, sebelum lima perkara
Sihat sebelum sakit
Muda sebelum tua
Kaya sebelum miskin
Lapang sebelum sempit
Hidup sebelum mati

Demi masa
Sesungguhnya manusia kerugian
Melainkan nasehat kepada kebenaran
Dan kesabaran


You Raise Me Up (Josh Groban)

When troubles come and my heart burdened be
Then I am still and wait here in the silence
Until you come and sit awhile with me

You raise me up
So I can stand on mountain
You raise me up
To walk on stormy seas

I am strong
When I am on your shoulders
You raise me up
To more than I can be


Do’aku (Haddad Alwi feat. Fadli ‘Padi’)
Bismillah Ya Rahman Ya Rahim Bismillah
Bismillah Ya Fattah Ya Halim Bismillah
Bismillah Ya Mannanu Ya Karim Ya Allah
Bismillah Bismillah Bismillah

Ya Rabbi…
Sudilah pandang kami
Terangi jalan gelap ini
Jangan biarkan aku terus begini
Mencari, mendaki, dan berduri

Ya Rabbi…
Dengarkan doaku Ya Rabbi
Hadirlah dalam kehidupan kematian kami
Coba dan uji ‘kan kulalui
 Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim…

Monday, June 21, 2010

"Butir-butir Hidupku"

Aku telah belajar, bahwa kelas terbaik di dunia ini adalah di kaki seorang yang tua

Aku telah belajar, bahwa hanya orang yang berkata kepadaku,’Kau telah membahagiakanku!’ yang benar-benar membahagiakanku

Aku telah belajar, bahwa menemukan anak yang tertidur di pangkuanmu adalah salah satu perasaan yang paling damai di dunia

Aku telah belajar, bahwa menjadi lebih baik jauh lebih penting daripada menjadi benar

Aku telah belajar, bahwa kau tak seharusnya pernah menolak hadiah dari seorang anak

Aku telah belajar, bahwa aku selalu bisa mendoakan seseorang ketika aku tak kuasa menolongnya dengan cara apa pun

Aku telah belajar, bahwa seserius apa pun kehidupan menuntutmu, setiap orang butuh seorang teman juga ketika melakukan hal-hal keliru

Aku telah belajar, bahwa terkadang yang dibutuhkan seluruh orang adalah tangan untuk pegangan dan hati tempat mengadu

Aku telah belajar, bahwa hidup ini seperti rol tissue, yang paling ujung, yang paling cepat habis

Aku telah belajar, bahwa peristiwa-peristiwa kecil keseharian yang membuat hidup spektakuler

Aku telah belajar, bahwa di bawah batok kepala seseorang adalah seseorang yang ingin dihargai dan dicintai

Aku telah belajar, bahwa Tuhan tidak mengerjakan semuanya sekali jadi. Lalu apa yang membuatku berkata bisa?

Aku telah belajar, bahwa mengabaikan fakta-fakta tidak akan mengubah fakta

Aku telah belajar, bahwa cinta, bukan waktu, yang menyembuhkan segala luka

Aku telah belajar, bahwa setiap orang yang kau temui layak mendapatkan sambutan senyum darimu

Aku telah belajar, bahwa tiada yang sempurna sampai kau jatuh cinta pada mereka.

Aku telah belajar, bahwa hidup ini keras, tetapi aku lebih keras lagi

Aku telah belajar, bahwa berbagai peluang itu takkan pernah hilang, seseorang akan menggunakan peluang-peluang yang kau lewatkan

Aku telah belajar, bahwa ketika kau memendam benci, kebahagiaan dimanapun akan kandas

Aku telah belajar, bahwa seseorang harus menjaga kata-katanya lembut dan halus, sebab besok mungkin ia akan memakanmu

Aku telah belajar, bahwa senyum adalah cara termurah untuk memperbaiki penampilanmu

Aku telah belajar, bahwa aku tak dapat memilih bagaimana aku merasa, tapi aku dapat memilih apa yang aku buat untuknya

Aku telah belajar, bahwa yang terbaik adalah aku memberi nasihat hanya di dua lingkungan; ketika diminta dan ketika kehidupan mengancam situasi

Aku telah belajar, bahwa semakin sedikit waktu yang tersedia untuk mengerjakan sesuatu, semakin banyak yang dapat kukerjakan

Aku telah belajar…
Kepada kau semua…
Pastikan kau membaca dari awal hingga akhir.

(Andy Rooney)

Thursday, June 17, 2010

"Berhentilah Sejenak! Istirahatkan Kakimu di Bawah Rimbunnya Beringin Ini"


Hadits Rasulullah saw.

Apabila dosa seorang hamba makin banyak, padahal ia tidak mempunyai amal perbuatan yang dapat meleburnya, maka Allah mencobanya dengan kesedihan, agar kesedihan dapat menjadi tebusan baginya (HR. Ahmad)

Taat tidak terhapuskan, dan dosa tidak akan terlupakan, Tuhan Yang Maha Pembalas tidak akan mati. Beramallah sesukamu karena engkau pasti akan mendapatkan balasan atas perbuatan (HR. Baihaqi)

Di dalam surga itu terdapat kamar-kamar/gedung-gedung yang bagian luarnya dapat dilihat dari bagian dalamnya, dan bagian dalamnya dapat dilihat dari bagian luarnya. Allah swt telah mempersiapkan gedung-gedung itu untuk orang yang gemar memberi makan orang miskin, lembut dalam berbicara, gemar berpuasa, dan mengerjakan shalat di malam hari sewaktu manusia sedang tidur (HR. Tarmizi)

Muliakanlah orang-orang tua kalian sebagaimana kalian memuliakan anak-anak kalian, dan peliharalah kehormatan wanita-wanita lain sebagaimana kalian memelihara kehormatan wanita-wanita kalian sendiri. Siapa saja yang dimintai tetapi ia tidak menerimanya, niscaya ia tidak akan merasakan telaga(ku) (HR. Hakim)

Ada tiga perkara, bila ketiganya berada dalam dirinya berarti ia telah merasakan manisnya iman, yaitu: hendaknya Allah dan rasul-Nya lebih dicintai daripada selain keduanya; hendaknya ia mencintai seseorang hanya demi karena Allah semata; dan hendaknya ia benci kembali kepada kekufuran sesudah Allah menyelamatkannya dari kekufuran seakan-akan tidak mau dirinya dilemparkan ke dalam api. (HR. Bukhari dan Muslim)

Malu dan iman selalu beriringan. Apabila salah satu diantara keduanya lenyap, maka yang lainnya pun akan lenyap pula. (HR. Abu Nu’aim)

Pikirkanlah dahulu sebelum mengerjakan suatu perkara. Apabila engkau melihat akibatnya baik, maka kerjakanlah, dan bila engkau khawatir tersesat, maka tahanlah dirimu. (HR. Abd. Razzaq)

Harapan yang Sempit

Sekelompok orang saleh duduk sambil bertukar pikiran. Mereka saling bertanya tentang harapan yang sempit. Ditanyakan ke salah seorang dari mereka, “Menurutmu, apa harapan yang sempit itu?” Ia menjawab, “Harapan yang sempit adalah ketika aku meletakkan sesendok makanan ke mulutku, maka aku tidak tahu apakah aku dapat memakannya atau tidak.”

Pertanyaan itu juga ditanyakan pada yang lain, hingga sampai pada orang ketiga. Ia berkata, “Menurutku, harapan yang sempit itu ialah apabila ruh telah keluar dari diriku, maka aku tidak tahu apakah dia akan kembali atau tidak.” (Annida, Desember 2000)


Ketika Allah Berkata “Tidak”
Ya Allah, ambillah kesombongan dariku. Allah berkata, ‘Tidak. Bukan Aku yang mengambil, tapi kau yang harus menyerahkannya.’

Ya Allah, sempurnakanlah kekurangan anakku yang cacat. Allah berkata, ‘Tidak. Jiwanya telah sempurna, tubuhnya hanyalah sementara.’

Ya Allah, beri aku kesabaran. Allah berkata, ‘Tidak. Kesabaran didapat dari ketabahan dalam menghadapi cobaan; tidak diberikan, kau harus meraihnya sendiri.’

Ya Allah, beri aku kebahagiaan. Allah berkata, ‘Tidak. Kuberi keberkahan, kebahagiaan tergantung kepadamu sendiri untuk menghargai keberkahan itu.’

Ya Allah, jauhkanlah aku dari kesusahan. Allah berkata, ‘Tidak. Penderitaan menjauhkanmu dari jerat duniawi dan mendekatkanmu kepada-Ku.’

Ya Allah, beri aku segala hal yang menjadikan hidup ini nikmat. Allah berkata, ‘Tidak. Aku beri kau kehidupan supaya kau menikmati segala hal.’

Ya Allah, bantu aku mencintai orang lain, sebesar cinta-Mu padaku. Allah berkata… ‘Akhirnya kau mengerti!’

(dari berbagai sumber)

Monday, June 14, 2010

"Gugurnya Daun Si Pohon Jati"

“Tapi kini sudah saatnya untuk pergi. Bagiku pergi untuk mati, dan bagimu untuk terus hidup; siapa diantara kita yang menempuh jalan lebih baik, hanya Tuhan yang tahu…” (Socrates)
-------------------------------------
---------------------------
Maka Mengapakah Engkau Tidak Bersyukur?
Terlintaskah di benakmu
Di setiap desah nafas
Adalah seizin-Nya
Di setiap detak jantung
Di setiap tatap mata
Merupakan anugerah-Nya
Tersiratkah di kalbumu
Ialah karunia-Nya
Di setiap rangkai kata
Pasti rahmat-Nya
Di setiap langkah kaki
Terbayangkah di hatimu
Di setiap lambai tangan
Ada kuasa-Nya
Juga kehendak-Nya
Terpikirkah olehmu
Maka, mengapakah engkau tidak bersyukur?
----------------------------
----------------------
Serenada
Kubisikkan pada angin
Yang berhembus perlahan
Betapa inginku bertemu-Nya
Selalu
Selamanya
Kusampaikan pada awan
Yang melintas beriringan
Luapan rinduku untuk-Nya
Pasti
Tak terhingga
Kuperdengarkan pada air
Yang sedang mengalir
Buncahan cintaku terhadap-Nya
Penuh
Seluruh

Tetapi…
Tak ada balasan
Mereka seolah tak acuh
Tak peduli
Mereka bahkan…
Tak menyadari hadirku
-----------------------------
-----------------------



Distorsi Jiwa
Tertatih langkah menjelang
Terjalnya batu
Tegar merintang
Panas
Haus
Adakah hujan ‘kan turun?
Peluh perih membanjir
Ugh…penat terasa akhir
Di searah pandang
Puncaknya bagai titik hitam
Jauh
Batas tak tertahan
Mengambang di atas permukaan
Kerikil-kerikil tajam
Tuhan,
Hasratku ‘tuk sudahi semua
Daya serupa hampa
Rabbi…
“Inna ma’al ‘ushri yusra”
“Sesungguhnya di setiap kesulitan pasti ada kemudahan”
Alunan Qur’an merasuk perlahan
Mengantar istighfar meradang sadar
Lunglai luruh sendi kalbu
Hampir terlepas nikmat Islam menyelimuti
Betapa dhaif insan ciptaan-Mu ini
Rabbi…
Faghfirlii…

(Februari 2005)

---------------------------
-------------------

Aku Ingin

Aku ingin…
Aku ingin mencintaimu
Dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat
Diucapkan kayu
Kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu
Dengan sederhana

Dengan kata yang tak sempat
Diucapkan awan
Kepada awan yang menjadikannya tiada…
(Sapardi Djoko Damono)
------------------------
-----------------

Kematian

Kematian
Datang diam
Berbalut sepi…
Sunyi

Sisakan kepedihan bagi sebagian
Sisakan kelegaan bagi yang lain
Datang diam
Berbalut sepi…
Dingin
(Anonim)

Sunday, June 13, 2010

“Kagumilah Keindahan Mawar”

Kata Kamu … lho?!

Cukup sulit bagi penulis dalam meng-interview para tokoh profil. Kondisi ini terjadi akibat kesibukan dan peliknya birokrasi yang harus ditembus demi menjumpai mereka. Syukurlah, nasib baik masih memihak penulis. Berikut adalah cuplikan perbincangan yang berhasil dihimpun bersama dua narasumber, meskipun diliputi kecurigaan teramat besar dari mereka terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

Andai ada yang membuat profil kalian, bagaimana?
Pro 1 : Aku sih enggak apa-apa. Biasa aja tuh, selama isinya benar en bisa dipertanggungjawabkan, oke lah.

Jadi, nggak masalah dong ya? Terus, bila itu dipublikasikan tanpa sepengetahuan kalian, apa kalian juga tidak keberatan?
Pro 1 : Kenapa harus keberatan? Eh, kok nanya-nanya sih, memangnya kamu mau ngarang untuk kami ya?

Ah, Cuma pengen tahu aja, soalnya ‘kan ada tuh wartawan-wartawan yang menceritakan tentang para selebritis. So, gimana kalau kalian yang mengalaminya, seandainya isinya jelek-jelekin, bakalan ikut tren mereka gak…itu tuh ajang tuntut-menuntut ke meja hijau?
Pro 1 : Ya dituntut juga dong. Harus itu!
Pro 2 : Eh, ada apa sih? Seru amat.
Pro 1 : Ini nih, dia kayaknya mo bikin profil kita. Biografi gitu, lho!
Pro 2 : Oh ya? Hm, buat aja. Yang bagus ya!

Lho, kok pada mikir ke situ sih!? (Gaswat, salah taktik nih!)

Friday, June 11, 2010

"Secangkir Teh di Tengah Taman"

“Si Cangkir Cantik Rupa”

Aku pernah membaca di sebuah buku tentang kisah sebuah cangkir. Sang pengarang membawakan cerita dengan jelas. Ia menggunakan gaya penulisan yang indah dan menarik. Aku mengagumi caranya membandingkan antara kehidupan manusia dengan nasib si cangkir. Namun, bukan itu maksudku memberitahukan hal ini.

Saat kutelusuri kata demi kata, sel-sel kelabuku berputar cepat. Aku berusaha mencerna dengan baik, dan kukira aku bisa mengerti maknanya yang tersirat itu.
Tahu tidak, bagaimana sebuah cangkir cantik itu dibuat?

Bukan rahasia lagi, bila kukatakan kalau cangkir sebenarnya berasal dari tanah liat. Ia tidak berharga sama sekali, sampai seorang pengrajin menemukannya. Ia hanya tanah liat. Kotor dan lembek. Tercampakkan dan terbuang.

Nah, bagi si calon cangkir ini, untuk menjadi sebuah barang indah memakan jangka waktu yang panjang dan sulit. Ia harus rela membiarkan dirinya dibanting kasar, diberi bentuk, lalu diputar tanpa belas kasihan oleh si pengrajin hingga pusing, hingga si pengrajin menganggapnya pantas dan laik guna.

Tidak berhenti sampai di situ, si tanah liat bentuk cangkir masih tetap menjalani prosesi pematangan diri. Jika bentuk sudah oke, ia akan segera dimasukkan ke dalam tungku bertemparatur tinggi. Kemudian, ia baru dikeluarkan untuk diberi sentuhan akhir dengan bermacam warna, dan akhirnya berubah. Berubah menjadi sesuatu yang lebih baik, lebih cantik, dan bahkan lebih terhormat.

Tidak akan ada lagi orang yang memandangnya sebelah mata.

Manusia…mengalami hal yang serupa ‘kan?
----------------------------------------
---------------------------

“Harga Sebatang Lidi”

Tahukah kamu mengapa sebatang sapu lidi begitu murah harganya? Begitu murahnya sampai-sampai ia jauh lebih murah daripada seteguk air penghilang dahaga.

Padahal, ia harus dipetik dari pepohonan kelapa yang ditanam di dusun-dusun jauh di pedalaman. Ia pun harus diserut, dihaluskan, diikat kuat agar mudah digunakan dan tak melukai tangan. Ia harus diangkut oleh banyak kendaraan, melewati banyak pasar, dan naik turun timbangan penawaran.

Sebabnya adalah karena ia dipetik oleh tangan-tangan kecil yang tak menuntut banyak upah. Ia dijalin oleh wanita-wanita yang tak menghitung laba rugi. Ia juga dipikul oleh bahu-bahu legam pria yang tak terlalu mengerti transaksi jual beli.

Sebatang sapu lidi itu begitu murahnya sampai di tangan kita, karena orang-orang itu tak menghitung jerih payah kerjanya. Merekapun tak mengkalkulasikan butir-butir keringatnya.

Maka, mari kita sadari bahwa dibalik kemurahan dan kemudahan yang kita cerap sekarang ini, terselip cerita tentang pengorbanan yang jauh lebih berharga ketimbang harga seluruh sapu lidi yang bisa kita beli.
--------------------------------
---------------------

“Cinta dan Waktu”

Alkisah, terdapatlah sebuah pulau dimana semua jenis perasaan tinggal, yaitu kesenangan, kesedihan, ilmu, kesombongan, dan kawan-kawan, termasuk cinta.

Suatu hari diumumkan kepada semua perasaan bahwa pulau itu akan tenggelam ke dasar lautan. Tidak lama kemudian semua perasaan bergegas mempersiapkan perahu masing-masing untuk pergi dari pulau itu.

Tinggallah Cinta seorang diri. Dia memutuskan untuk tinggal di pulau dan memelihara keindahannya sampai saat-saat terakhir. Namun, ketika pulau itu hampir sepenuhnya tenggelam, akhirnya Cinta memutuskan untuk pergi juga. Dia mulai mencari pertolongan dari teman-temannya. Tak berapa lama, Kekayaan lewat sambil mengemudikan perahunya yang besar dan megah.

Kemudian Cinta bertanya, “Kekayaan, bolehkah aku ikut denganmu?” Jawab Kekayaan, “Maafkan aku, tapi kapalku sudah penuh dengan emas dan perak. Tak ada lagi tempat untukmu.”

Lalu Kesombongan lewat dengan kapalnya yang indah. Sekali lagi Cinta memohon, “Kesombongan, tolonglah aku!” “Kamu basah kuyup, aku takut kapalku yang indah ini akan rusak!”

Kemudian Kesedihan muncul, Cinta berkata, “Kesedihan, izinkanlah aku ikut denganmu!” Kesedihan berkata, “Maafkan aku Cinta, saat ini aku sedang ingin sendiri.”

Akhirnya Cinta melihat perahu Kesenangan lewat. Cinta menjerit memohon, “Kesenangan, tolong bawa aku bersamamu!” Tapi Kesenangan terlalu larut dalam kegembiraannya hingga tak mendengar jerit tangis Cinta.

Cinta mulai berputus asa, ketika tiba-tiba dia mendengar suara berkata, “Ayo Cinta, aku akan membawamu pergi bersamaku.” Ternyata seorang kakek tua telah berbaik hati mengajaknya serta. Ketika mereka telah mendarat pada suatu pulau, kakek itu segera pergi meneruskan perjalanannya.

Sementara Cinta merasa sangat senang dan bahagia hingga dia lupa untuk berterima kasih pada kakek yang telah menyelamatkannya. Cinta sadar betapa ia sangat berhutang budi pada kakek itu. Kemudian Cinta bertemu dengan Ilmu dan bertanya, “Siapakah kakek yang telah menolongku itu?”

“Dia adalah Waktu,” jawab Ilmu.
“Tetapi mengapa Waktu mau menolongku sedang yang lain tidak?” tanya Cinta lagi. Ilmu tersenyum lalu dengan bijak dan tulus menjawab, “Karena hanya waktu yang mampu memahami betapa agungnya cinta.”


(dari berbagai sumber)