Configuration

"between the good and the bad is where

you'll find me reaching for heaven"















FrenshiPath

Daisypath - Personal pictureDaisypath Friendship tickers

Tuesday, April 27, 2010

How to Say "Hello" in Korean

When we want to greet a person that we've just met, use this expression:
안녕하십니까? (an-nyeong-ha-sim-ni-kka?) in a formal situation. It is usually for elder people or boss, in order to show respect.

But, in daily conversation, we can only say:
안녕하세요? (an-nyeong-ha-se-yo?), even though we've just already known the person, because it is used in informal situation.

And, for friends or people we are really close with, just use:
안녕! (an-nyeong!), for short and intimate expression.

Sunday, April 25, 2010

Monolog 5 Perempuan

Aristoteles berkata
wanita adalah manusia setengah jadi
Tertulianus juga
wanita itu pintu gerbang syetan
Veda berkata pula
wanita itu serigala yang berbahaya
Sustam juga berkata
wanita itu pembawa kejahatan

Lantas akupun harus merelakan diri untuk berkontemplasi
menyaksikan diriku sendiri menjadi ring tempat
keyakinan beradu otot dengan kebingungan
Lantas akupun harus membiarkan memori otakku berkelit,
berkelana, melancong ke berbagai ruang
dimana wanita menjalani kehidupannya

Wanita.
Ia menjadi penjaga gerbang kulminasi
sasaran yang tepat untuk ditendang ritme kemajuan,
jauh ke negeri antah berantah
sasaran yang tepat untuk ditebas oleh samurai keterbelakangan
Karena wanita lemah,
ia harus mendekam dalam penjara tradisi lapuk dengan
berbagai ketabuannya,
disetubuhi oleh gladiator adat, kemudian dengan
terpaksa ia harus melahirkan ketakutan,
keluguan, kebodohan, kekolotan…

Lagi-lagi aku harus membiarkan otakku berkelit
Benarkah hanya wanita
yang selalu jadi tumbal sesaji yang harus dikebiri
oleh hantu penderitaan?

Lalu.
Wanita mulai mengendap dalam cawan nalar
berputar-putar dalam lingkaran dialektika yang melenakan
Ia rela lepas landas dari ke-tidak berdaya-annya di
hadapan mata-mata dunia
Ia bergulat dengan bingar kehidupan yang menjanjikan
kesenangan melalui rentetan dalil-dalil kebebasan,
menyembulkan asap kesetaraan antara ia dengan rival hidupnya
meniti satu per satu anak tangga yang menyihirnya
menjadi Xena yang perkasa,
Cleopatra yang menaklukan Caesar sebagai budak hawa nafsunya,
Madame Curie yang menyaingi Einstein dalam kepandaiannya,
atau bahkan menjadikannya Mariati, sang kanibal yang
membantai habis keluarganya

Wanita lemah,
tapi ia bisa menjelma jadi monster yang membuat bulu
kuduk tegak berdiri
memapas belenggu paternalistik atas kewanitaannya

Haruskah kupercayai retorika kosong Aristoteles,
Tertulianus, Veda, atau Sustam?
sementara keyakinanku semakin merambat kuat
bahwa semesta memang memberi perbedaan antara
wanita dan pria
tapi Sang Sutradara telah bijak membuat
skenario-Nya untuk manusia berperan di teater jagad raya

Kesetaraan hanya kisah klasik saat wanita
mendayung di perahu kebebasan
Terpuruk.
Hanya aksesoris saat wanita bercermin
pada kaca ketidakadilan yang menyeruak dari frasa-frasa
usang mulut manusia yang hengkang dari aturan Tuhan

Wanita dan pria,
berhak menjemput kematian saat mengusung
bertrilyun pemikiran yang mengangkat manusia dari
lembah nadir
menuju puncak kemuliaan
Sebab…
wanita dan pria, adalah pejuang sebuah kebangkitan
Ya, Rabb,
kembalikan kami pada kemuliaan-Mu
yang hanya akan kami raih dengan Islam yang Engkau
sabdakan melalui Muhammad
Izinkan kami menjadi salah satu konstruksi sebuah
jembatan menuju kebangkitan Islam
Izinkan kami menjadi mahkluq yang bisa menemui-Mu
dan Rasulullah dalam keadaan yang dirindukan
Izinkan pula kami mengakhiri indah hidup ini
syahid di jalan-Mu

(credit: pengarang...)
---------
For All Women in Islam

Friday, April 23, 2010

yang terjadi di Festival Thanks to Japan waktu itu...

Kapan itu, hari Minggu aku ikutan acara Festival Thanks to Japan barengan anak-anak di Houkiboshi... Houkiboshi itu merupakan nama komunitas gabungan pecinta segala jenis apapun bentuknya dari Jepang, Korea en China, Taiwan juga.

Dan, terjadilah apa yang disebut a dream comes true (...buat aku lah pasti), yakni berhasilnya aku memakai Yukata, alias Kimono sederhana versi musim panas. Yak, benar sekali ini adalah cita-cita lama...lama sekali dari zaman-nya aku masih pake rok biru tua en baju putih, itulah masa SMP-ku.

Berikut adalah foto-foto bukti bahwa aku tidak berusaha membohongi pihak manapun, bahwa aku benar adanya memakai Yukata, beserta dua orang temen se-seksi. Seksi ini adalah salah satu dari sekian banyaknya seksi-seksi Houkiboshi, yang spesial menangani pelanggan yang berminat dipotret dengan menggunakan Yukata ini.

[photo removed due to privacy concern]

Adalah Aku yang berada di center of position, dengan Diana di sebelah right of my position dan Nanda di bagian left of my position.

[photo removed due to privacy concern]

Dan, inilah Aku...yang kesenangan dengan kenikmatan dan anugrah dunia fana ini...hohoho (mestiii gitu make kipas untuk properti...biar keliatan nge-Jepang-nya gituh...ehe)

Thursday, April 22, 2010

Our Fair Lady: Maula_Acha

Ini postingan yang sudah dengan sengaja kutulis di blog frenster-ku, yang sekarang juga dengan kesadaran ku-post ulang...sekedar menuh-menuhin isi blogku yang fresh from the web inih... :D
-------------------------------------------------
------------------------------------
We’ve come this far…

To congratulate for your tomorrow wedding, I could do nothing but to wait until we meet next time. I so wish the world is not this big.

A close friend of mine, a fair lady.

To think back, it was quite a long time that we’ve known each other.

Now, though it’s a bit surprising, I knew from the start we will have to face this time. Separation.

It’s, of course, a very happy moment, a highly anticipated time for every body in this world who has love in their heart, but still, for me it’s just so sudden.

I’m still very overhelming by the news, by all means, however.

A fair lady, a very patient one. My lovely friend.

As your friends, we also aware of your popularity.

Being so well-behaved, least-tempered, most patient girl out of us, we understood how many people fallen for you. It’s not a lie.

To have such a gentle girl-friend, I feel so thankful, as I know my attitude is not even comparable to what a lady should have, to think that I got you I can learn to improve my bad. It’s true.

Counting how many years since I knew you. That’s an awesome 14 years of friendship.

I’ve understood very well, we will eventually have our own world to build. I’ve already lost some best friends, ever since then, I learned that I will still lose another one.

We could not be together as often as we want, we have to be matured no matter what happens.

Now, that you’ve finally met your other half, I don’t have any other choice but to support you, because in the end we still be best friend forever.

Then, it will be our turn to be as what you are tomorrow. Just be happy.

To be always remembered, the time we spent together will be a great treasure once you recall it. Keep it in mind, we are your friends you can always rely on.

A lovely friend. A wife-to-be.

Congratulations for you wedding!

Hope you have a wonderful family,

Love and take care of them well!

I will see you around, soon.

Be the happiest bride in the entire world!

Your friend forever.

(written on October 23rd, 2008, in Amherst, MA)

Untuk Temanku Nikmal Maula plus Temanku juga Orizal Safitri
Happy 1st Anniversary

Do'a Alam untuk Kehidupan

“Duh, Po Ta’ala…
Sejuk mentari membias suara alam
Menerpa riak dalam tudung sinar rembulan
Mengikis warna terselip di balik sayap Cempala

Dalam sepoinya angin pagi anugerah Izzati
Saat dua kesendirian melebur dalam satu cinta suci
Menguak tabir kesimpang-siuran yang diam

Dalam sangkar zaman,
Hasrat mereka adalah kebahagiaan
Ingin mereka adalah mewujudkan fitrah insani

Ya Ilahi Rabbi…
Lindungi rakit mereka yang terus menelusuri arus
Biarkan mereka bersimbah dalam doa kasih dan cinta
Bimbinglah mereka dalam melaksanakan sunnah Nabi-Mu

Restuilah mereka dalam meniti jembatan kehidupan
Agar mereka istiqamah menuju keabadian
Karena hanya kepada-Mu setiap insan bersembah sujud

Dalam ridha-Mu, Ya Rabbul Izzati
Mereka berteduh,
sampai…
Izrail memadamkan alir nafas.”
-------------------------------------------------
----------------------------------

Untuk sang pengarang, Nies, terima kasih atas hadiah terakhir ini,
semoga Allah swt menerima segala kebaikanmu di sisi-Nya.
Untuk teman-teman yang telah menggenapkan setengah diennya, sedang memikirkan untuk menggenapkannya, atau akan segera melaksanakan niatnya.
Semoga bermanfaat bagi semua…

Back to the Summer of '08

While the world is busy, I...

spend an amazing figure of 90.909090% of my life at home,

become workless, eat more [wonder how I look like after this summer break, hopefully not the worst I could bravely imagine *praying*],

begin losing my English-speaking-ability with no sparing-partners around [since most of my friends, well the ones I can obviously identify as close enough to me, are doing their internships at some places in the States],

keep thinking why, oh why, my needed-soon-data-for-my-independent-study-from-my-beloved-hometown-Aceh still not shown any progress [is giving away that precious data really that HARD, Sir/Madam *To Whom It May Concern*?],

or in other way of expressing it, ‘Is this request like a sayings goes: This is just too good to be true.’

start planning to have another data to analyze, well c’mon, come to think of it, I only have two months to go, bother to risk my grade this term, anyone?,

already have had enough with this ridiculously-freaking-complicated-term out of all terms I’ve gone so far, oh dear God …*speechless*

am updating my daily schedule just in case any of my beloved friends bother to read this post…*ahem*

See ya,


(written in Amherst, some day in Summer '08)

p.s. sekedar untuk sharing ke-bete-an. ..^^...kali-kali ada yang mau jadiin referensi bagaimana menghabiskan liburan selama kuliah di luar negeri Indonesia Raya, ^^

Kitab yang Menyebutkan Dirimu

Dalam rentang petang yang hampir purna. Menjelang satu waktu yang dilarang seseorang melakukan shalat sunah. Ia duduk di shaf terdepan, ditinggal sendirian oleh jamaah lain yang sudah kembali beraktivitas usai shalat Ashar. Sayang, matahari tak merelakan sinarnya dinikmati barang sesaat. Ia tertutup awan kelabu semenjak Zuhur menggema. Angin musim dingin membuatnya harus menutup rapat jaketnya sampai leher. Ia sebenarnya tak ingin berlama-lama di masjid ini. Ibadah berantai baru saja dilakukannya, mulai shalat sunah, shalat berjamaah, berdoa, lalu sekarang:

"Nawaitu 'itikafa lillahi ta'ala" dalam hati ia berniat.

Setengah jam sudah berlalu, tapi ia belum menemukan juga apa yang dicarinya. Kakinya mulai kaku karena karpet warna hijau lumut itu tak sanggup memberinya kehangatan. Pipinya yang berwarna putih berubah kemerahan disebabkan darah yang tak lancar. Pikirannya kini kembali tak menentu, padahal besok ia harus ujian pelajaran tafsir. Pikirannya bercabang kemana-mana; hutang yang belum terbayar, beasiswa yang terhenti, persiapan ujian mid semester yang berantakan dan pertanyaan ibunya: "kapan mau pulang?"

Buku psikologi yang kerap dibacanya tak dapat membantu. Teori-teori modern pengembangan diri juga tak mampu memberikan solusi kini. Hatinya tetap gelisah, pikirannya kalut. Ia akhirnya menyerah, karena ketenangan yang dicarinya tak kunjung datang. Ia bergegas pulang, ke kamar kostnya yang tak jauh dari masjid. Sesampai dikamar ia buka catatan hariannya, ingatannya tertuju pada tulisan refleksinya tentang keajaiban Al-qur'an. Diejanya pelan tulisan itu:

"Para sahabat dulu mempunyai perasaan yang tinggi dengan Al-Qur'an. Setiap masalah, kegoncangan jiwa, kesedihan, obatnya hanya satu yaitu Al-Qur'an." Ia berhenti sejenak meresapi apa yang dibacanya. Lalu berlanjut,

"Seorang sahabat Ahnaf Bin Qais punya kebiasaan menarik, sebelum membaca Al-Qur'an, selalu terlebih dahulu ia membaca surat Al Anbiya ayat 10, 'sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?' lalu ia mulai membaca Al-Qur'an dan menemukan dirinya". Hatinya terjaga begitu selesai membaca paragraf itu. Tapi setan membisikkan keraguan dalam dadanya. Benarkah dalam kalamullah itu ada dirinya? Adakah tempat di mana kegersangan jiwa yang dihadapinya mendapat solusi?

Sesaat kemudian, keyakinannya menguat, Al-Qur'an adalah obat apa yang ada di dalam dada. Maka ia pun bergegas berwudhu dengan menghadirkan hati, lekuk demi lekuk ia basuh dengan penghayatan. Usai berwudhu ia melakukan shalat sunah dua rakaat, dan memohon dalam sujudnya agar ditunjukkan dalam Al-Qur'an setiap permasalahan yang membuat hatinya gundah.

Al-Qur'an dibuka olehnya begitu saja dengan tanpa melihat suratnya. Ia memulai tilawahnya pelan dengan menghadirkan segenap perasaan, konsentrasi, dan berusaha memahami ayat-ayat berbahasa Arab itu. Jenak-jenak jiwanya bergetar saat membaca ayat 86 surat Yusuf, yang merekam perkataan nabi Ya'kub AS, '...sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku...'

"Benar, Aku memang tidak pernah mengadukan setiap masalah kepada Allah. Aku mungkin sombong." Lisannya berkata lirih.

Ia belum puas lalu melanjutkan bacaannya, jenak-jenak jiwanya kembali bergetar saat ia membaca surat Ar-Ra'd (Guruh) ayat 22, 'dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan yang baik...'

"Ya Allah, betul. Aku memang belum bisa bersabar dengan baik. Aku sering marah hanya karena masalah kecil. Shalatku dan sedekahku belum sepenuhnya aku lakukan." Ia mengakui kekurangannya.

Tilawahnya berlanjut hingga getar jiwanya ditutup dengan ayat 28, '...orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah hati menjadi tentram." Setelah itu ia tak sanggup lagi membaca, butiran-butiran bening membasahi pipinya yang ditumbuhi cambang lebat. Ia terisak menangis, betapa benar yang disebutkan Al-qur'an itu. Betapa kesibukan telah melalaikannya begitu jauh dari mengingat Allah, organisasi, dan bisnisnya yang sukses pelan-pelan telah menjauhkannya dari berzikir kepada Allah. Tapi, diam-diam ia bersyukur. Kisah sahabat Ahnaf Bin Qais telah memberinya kepengalaman spiritual baru, dengan itu ia berniat meneladaninya. Jenak-jenak jiwanya kembali tenang. Namun, ingatannya kembali terjaga. Besok pagi ujian tafsir! Buku itu baru dibaca setengahnya. Ia bergerak meraihnya diatas meja.

Kemarin kawan saya menceritakan pengalamannya itu. Tanpa tanya yang banyak, saya langsung menyatakan tertarik dengan kisahnya itu. Darinya ada pertanyaan yang tidak bisa saya jawab,

"Bagaimana perasaan Anda dengan Al-Qur'an?"

Di dalam hati saya menjawab, "biasa-biasa saja." Tapi jawaban yang keluar justru lain, "Saya belum mampu mentadaburinya." Yang dibalas dengan senyum tipis oleh teman satu angkatan itu.

Hari ini saat-saat kejenuhan memuncak, karena rutinas kuliah dan pekerjaan jurnalistik yang terus bertambah, dalam diam saya mencoba apa yang dilakukan sahabat Ahnaf Bin Qais itu, mengingat-ingat dalam hati dan jenak-jenak jiwa yang letih.

"Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?"

(Sumber: EraMuslim)

Wednesday, April 21, 2010

Die Bedeutung von Freundschaft: Das ist super, meine Freundin! The meaning of friendship!

Dan, ini adalah reply dari si Muhsin, yang aku culik dari note fesbuk-nya...^^
(Wednesday, November 11, 2009 at 8:45am Uploaded via Facebook Mobile)
____________________________________________________________
It looked like an UFO flying over my head when I read your note. I was speechless, read word by word and digest it as it’s a microbiology journal given by my supervisor. You are reminding me when I took my German course few months ago. “Herr Arzt, sprechen Sie bitte!”, my German teacher asked me. You know ka, your ‘der Artz’ word makes me feel that we’re still in our junior high school’s class II D and talk a lot about our future profession at an English Quiz held by Mr. Syahrul (and I know then, your - and also your gang’s - English are much better than me).
I always keep your book beside on me. The book (I want to see the second edition, ka) show me how care you are about us (not only me, of course). You – like I wrote in the comment, give us the meaning of friendship. You draw it into a poem, paint into the words and bunch it into the unforgettable stories. You have your talent ka, and I – also our friends, support you to be a successful author in the future.

Liebe Ika,
Forget about the highest score at the final examination in schools. For me, the scores didn’t mean anything. You showed your best and I did too. We (with our competitive friends) have proved that we could do something. You got your degree in English and took your Masters in USA. It is awesome! I am dreaming to go there, but you go first. Your studies in USA forced me to do the same; at least I did it in Malaysia (hehe) and propose to do more in Germany ( I hope so). I really need support from you and our friends.

I and my wife appreciate to your praying. We always pray to the God to be together as a happy family, have kids and blessed forever by Allah. I really hope that you (and also our friends who are not married yet) will follow me as soon as possible. Like I noted in Rahmi’s house at the last Lebaran, it is your turn to change your status in facebook to be ‘married’.
Then, to close this note, I want to thank for every paragraph you wrote for me. It is very nice to read your paragraphs and notes. And also it will be more interesting to wait for your note as well.

Special thanks to: Ika Kana Trisnawati, M.Ed (betul kan gelarnya?)
Sorry telat komennya. Baru beredar kembali di dunia maya ne;-)

An Open Letter to A Friend: Hallo, Herr Arzt!

Ini sebuah postingan di note fesbuk-ku yang memang sengaja kukarang-karang untuk seorang teman yang telah menggenapkan setengah dien-nya, seorang teman yang telah lama bersahabat dengan-ku...
----------------------------------------
---------------------------
I am sorry…
Again, I apologize…

For not being able to attend your wedding party today
For not being able to go back to our hometown today
For, again and again, disappointing you and the rest of my friends

At least,
I did come!
I did go to your wedding ceremony that day!
You saw me, didn’t you?

So, let me off this once, would you?

--refreshing my mind, recalling my memories—

My dear friend,
Remember when we first met?
It was back then during our first year in junior high school.
From that time to this moment, we’ve already been friends for…14 YEARS!!! I can’t believe myself!

You know, I’ve just realized that, in fact, you’re the only boy-friend (^^) I have known in such a long period of time…(just so you know, I’m going to tell my husband—in the future—that we have such friendship!), yeah, and I know we’re getting older and older…ugh…life!
So, don’t bother to remind me anymore, like you always do, for this matter of fact… (_ _);;

Hmm, another thing is that, you’re also my one and only male-rival (^^) during our teenage years, whether it was in junior or high school.
I recall when I got the highest score for our National Exam in junior high, you were a bit disappointed, though I didn’t aware of that since, you know, we also had some arguments and such, so I was also a bit ignorant at the time…forgive me, okay! (^^)

Well, you’ve paid it back, right?
You got your turn in high school…didn’t you?
I felt so happy, too, not only because you were my friend but also because I thought you really deserved it, since I knew that you actually performed very well than I did at all the subjects…because for me, you were (and are) a genius…(^^)
Now, note that I do praise you publicly, something I never did before… (``,)

Then, my friend, our competition had ended…It’s no longer available (^^), I believe so.
You and I have chosen different paths.
But, you always succeed first, it’s so envious…
You got married first (^^)…that’s a success, am I right?
Congratulations, anyway…
Hope you could build a wonderful family!
May Allah bless you and your family,
May He grant you a true happiness, forever and ever!
Amin.

Yours truly,
From your best friend,

p.s.1: You still keep the book written by me, don’t you?
And don’t you dare to throw it away…hehe… *such a lame threat*

p.s.2: Sorry, kadonya nyusul ya...hehe..

Dedicated to dr. Muhsin,
my longtime-friend!

Reason, Season and Lifetime

"People come into your life for a reason, a season or a lifetime.
When you know which one it is, you will know what to do for that person.
When someone is in your life for a REASON, it is usually to meet a need you have expressed.

They have come to assist you through a difficulty, to provide you with guidance and support, to aid you physically, emotionally or spiritually.
They may seem like a godsend and they are.
They are there for the reason you need them to be.
Then, without any wrongdoing on your part or at an inconvenient time, this person will say or do something to bring the relationship to an end.

Sometimes they die.
Sometimes they walk away.
Sometimes they act up and force you to take a stand.

What we must realize is that our need has been met, our desire fulfilled, their work is done.
The prayer you sent up has been answered and now it is time to move on.
Some people come into your life for a SEASON, because your turn has come to share, grow or learn.
They bring you an experience of peace or make you laugh.
They may teach you something you have never done.
They usually give you an unbelievable amount of joy.
Believe it, it is real. But only for a season.

LIFETIME relationships teach you lifetime lessons, things you must build upon in order to have a solid emotional foundation.
Your job is to accept the lesson, love the person and put what you have learned to use in all other relationships and areas of your life.
It is said that love is blind but friendship is clairvoyant.

Thank you for being a part of my life, whether you were a reason, a season or a lifetime."


Author: Unknown



-->I guess what I post this time should be a help for you to better understand something, or someone… within your life<--

Tuesday, April 20, 2010

Plan B, maybe yes, maybe not...

Setelah menjejak kaki kembali di tanah air Indo Raya ini, planning aku adalah apply jadi dosen di almamaterku, IAIN Ar-Raniry, dan ngajar dengan baik-budi dan baik-pekerti...tapi, God has another plan for me, and thus, aku terpaksa memalingkan muka ke Plan B...which is, continuing my degree... (yeah, I know I got a Master already, but still...I need to do something with my life, tho...)


Jadilah, aku ikut TOEFL ITP dan dapet nilai secukupnya...well, 570 is not that bad, but I've been in the States for 1.5 year, so...that's pretty dissappointing (suddenly, I feel like hearing my pals screaming :D)


Rencananya, aku bakal ikut beasiswa Pemda NAD, en mau nyambung ke S3...yang mana setelah mendengar aku berniat begitu, para sanak saudara (termasuk nyokap, adek2, sepupu2, etc...etc...) plus temen2 seperjuangan...segera complain dan langsung mengingatkan untuk sebaiknya jangan jadi S3, tapi jadi is-3 aja dulu...whoaa...dapet pressure nih...


Aih, what should I do, then?....dizzy...busy... ZZzzz

Thursday, April 8, 2010

Molly and Me: Our Story

Membaca note di Uul, tentang masa-masa kita semotor ber-tarik-tiga, berbonceng-ria, tanpa helm secukupnya, sambil berfoto-foto dengan gaya ‘norak dan gila yang sanggup dibayangkan orang tua kita’ yang untung saja peraturan lalu lintas di kota Banda Aceh ini belum se’ketat’ sekarang, membuat sel-sel di otak ini memutar kembali memori yang telah lama tak tersentuh. Menyadari bahwa ternyata kita, di tahun-tahun terakhir ini, menjadi tidak seakrab masa itu, saat kita terbiasa bercengkerama dan berbagi hari merajut cita-cita di fakultas Impian universitas Harapan anak-anak Nanggroe Aceh Darussalam.

Pilihan untuk meninggalkan dunia keperawatan dan semua yang berbau kesehatan, sesungguhnya bukan karena jenuh dengan peliknya jam-jam perkuliahan maupun lelah menunggu kehadiran dosen-dosen kita yang super sibuk dengan tugasnya, melainkan semata karena jiwa ini tidak sanggup menahan beban yang melebihi kemampuannya. Apa yang terjadi di tahun 2004 itu Mol, berhasil memaksa diri untuk menghancurkan impian-impian yang telah tertata dan membangun kembali harapan-harapan dari titik awalnya lagi. Tapi, tidak ada yang harus disesali, karena hikmah selalu ada di balik segala kejadian. Pasti.

Memutar ulang kisah kita, Mol, telah menjadi sebuah kebiasaan baru. Saat ketika waktu kita, gank Cinta (itu kan ya, nama gank yang ditetapkan sama Uul? Ide darimana lagi dia itu?^^) belajar kelompok bersama di rumah kos-an ane, dengan persiapan bekal bagai kemping di hutan—belum ditambah kita harus membeli nasi buat makan malam dulu, membeli hewan-hewan percobaan buat praktikum (diiringi rasa tega-tidak tega untuk membedahnya), membawa perlengkapan buat kuliah untuk esok harinya, sampai harus merelakan diri bergelap-gulita gara-gara mati lampu dan genset pun telah berakhir masa baktinya—walau pada akhirnya, persentase gossip meningkat menjadi hampir 80% dan belajar menurun hingga 20%...plus ternyata harus bangun lagi setelah midnite akibat kita ‘secara tragis’ belum menghabiskan semua bahan yang bakal diujiankan…Seperti sudah diduga, kisah kita benar-benar penuh ‘cobaan’ ya…

Kapan itu juga, kita se-gank, ane, ente, Uul, Ulfah, dan Mina, secara kompak dan terencana memutuskan untuk memanjat Tower di kampus FK (masih ada dokumentasinya, Mol?) Ditambah bahwa kita juga turut andil dalam menambah daftar coretan di dinding Tower itu…(Aha!). Lalu, sampai detik ini, sebuah pertanyaan terus mengusik hati, apakah sebelum dan sesudah kita, ada kasus cewek-cewek yang mengaku muslimah baik-baik menaiki si Tower? Kalau harus reuni, perlu tidak kita mengajak suami dan anak-anak kita di masa depan bertemu di situ lagi? Memperkenalkan pada mereka bahwa di sinilah kita dahulu melakukan kegiatan di kala senggang sekali…hmm…tak terbayangkan serunya! Setuju, kan?

Tetapi jujur, karena masa itu juga masa ketika ane harus membelah diri, menyaingi kemampuan si amuba akibat kuliah di dua tempat, akhirnya hanya ke ente, Mol, ane cenderung lebih dekat…yang mungkin ini terjadi karena kita berdua alumni se-almamater, walaupun sebenarnya ente itu adek letting ane di SMA. Dan walaupun, sebagai seorang adek letting, ente termasuk yang ‘berani’ memanggil-manggil ane tanpa embel-embel ‘Kak’...(^^)…Awalnya memang terasa ganjil di pendengaran, namun lambat laun, seiring hari-hari yang terlewatkan dan jalinan pertemanan yang teruntai di atas ‘kekacauan’ hirarki senioritas dan turunannya, ane mampu mencerna gaya ente Mol, hingga berujung terbongkarnya rahasia kecil ane ke ente…(ahahaha)…

Molly, sampai sekarang rahasia kecil itu masih tersimpan rapat, kan? Di Sabtu lalu waktu kita chatting via Skype, ente ternyata masih ‘berani’ membuka cerita lama itu (hehe)…Bukan masalah juga, karena ‘rasa’ itu telah lama pergi tidak bersisa sama sekali dan lembaran cerita itupun usai sudah. Terus, kenapa Mol, ente pikir ane menyinggung masalah ini? Karena pada kenyataannya, orang pertama yang berhasil membuat ane membuka diri begitu dalam tentang sesuatu yang bahkan teman-teman dekat ane di SMA saja tidak ketahui…meski mungkin dulu mereka juga menebak-nebak kebenarannya…adalah Maulidar. Salut ke ente, Mol, bahwa sisi diri yang tertutup ini bisa ‘terjebak’ dan menyerah untuk membocorkan rahasia itu… (-.-):b

Mol, pribadi ente memang tidak se-sabar dan se-kalem Mola, tapi kuatnya karakter ente memberi nuansa tersendiri. Ane pernah bilang, kan? Kalau wajah ente, Molly, penuh ekspresi, sangat jelas tergambar di kala senang, sedih, atau marah…tipikal yang dibutuhkan seorang aktris (ehm)…kontras dengan ane, yang menurut ane sendiri dan sebagian besar orang lainnya bahwa wajah ane ‘expressionless’ (walah, walah)... Juga. Meskipun ente cenderung terang dan blak-blakan, tapi kata-kata ente sebenarnya mendekati apa yang ane ingin katakan ke seluruh dunia, sifat yang sebenarnya ingin sekali bisa diri ini miliki. Bahwa, meskipun akan menghampiri kita kata-kata yang bisa saja berupa pujian, kecaman atau bahkan sindiran, tapi kejujuran mengungkapkan fakta adalah satu nilai ente yang tetap belum bisa ane teladani.

Terkadang, kebaikan tidak selalu datang dari hal-hal yang berwujud kelembutan. Bila boleh menganalogikan Nikmal Maula dengan sahabat Rasulullah, Abu Bakar, maka Maulidar merupakan pencitraan kecil dari Umar bin Khattab. Seperti yang ente ketahui, bahwa ketegasan sifat Umar membuatnya ditakuti sekaligus disegani dan dikagumi kawan dan lawan.

Adalah satu hal yang selalu ane yakini berasal dari jawaban atas doa-doa yang didengarkan sang Rabbul Izzati, bahwa dalam setiap pribadi orang yang ane kenal dengan baik dan benar, terdapat caranya sendiri menularkan kebaikan ke diri ini yang kerap kali terjatuh dalam kesalahan dan kekeliruan dalam melangkah di dunia yang fana ini.

Dan, salah satu orang yang telah turut melekatkan warna tegasnya di diri ini adalah seorang ibu dari seorang putri bernama Khansa, seorang istri dari seorang lelaki bernama Romi Arief. Seorang Maulidar.


Untuk Molly,
Atas segala kisah yang kita rangkai dan alami bersama di suatu ketika sebelum rutinitas-rutinitas dunia menjadi salah satu penghalang kebersamaan.
Atas segala tausiyahmu itu.
Atas ketidakhadiran di pernikahanmu itu, kuucapkan maaf pula.
Semoga Allah memberkahi keluarga kalian dengan sakinah, mawaddah dan rahmah…Amiin.

.Ika.

“For something that irreplaceable, I vow to my pounding heartbeats, I’ll keep on running until I burn up.
Within the eternal love, which I can feel it indeed surviving, it’s a promise that I want to fulfill” (Gunslinger Girl II OST)