Configuration

"between the good and the bad is where

you'll find me reaching for heaven"















FrenshiPath

Daisypath - Personal pictureDaisypath Friendship tickers

Monday, May 24, 2010

"Telaga Diri"

The Pro-Files
----------------------------
---------------------

1. Sitti Rahmi

Berbicara tentang negeri Hindustan, pasti pikiran semua orang takkan jauh dari tarian, nyanyian, dan dunia perfilmannya,…tapi pastinya pikiran geng Doea-satoe 2001 SMA 1 Sigli takkan jauh dari sosok satu ini.

Cewek yang punya nama lengkap Sitti Rahmi, anak ketiga pasangan Muzakkir Amin dan Nilawati, pernah didaulat sebagai Kajol-nya SMA 1, kendati dia sendiri menolak mentah-mentah hasil voting anak-anak sekelas tersebut. Alhasil, hingga detik tulisan ini dibuat, dia harus rela menerima ‘penobatan’ tersebut.

Diantara ‘party of five’, Rahmi menduduki posisi sentral dan paling menentukan. Ia adalah pembuat kebijakan alias sang Ratu. Tentu saja jabatan itu tidak asal jadi, karena faktor external yang membuat dirinya makin terlihat penting adalah kapan saja kita mengadakan raker atau jamuan makan penting lainnya, Ratu selalu merupakan tokoh yang paling akhir dijemput. (untuk Rahmi, silakan melakukan tindakan apa saja, boleh mumun or yang lain, asal jangan sampai kertas ini terlipat, robek, basah atau kotor…hehe…kayak LJK aja ya?)

Diusianya yang telah menginjak dewasa, Rahmi yang kini sedang menekuni profesinya sebagai staf pengajar Bahasa Inggris di sebuah lembaga pendidikan non formal di Banda Aceh guna menyokong dana untuk mengontrol nafsu belanjanya yang di atas rata-rata itu, termasuk figur yang paling jauh dari gosip. Dan kalau ada, itu pun berupa berita-berita yang lurus, tidal miring seperti halnya Kajol, bintang India kembarannya itu.

Untuk masalah ini, ia punya kiat-kiat khusus menghindarinya, yaitu dengan men-cuek-kan segala hal yang tidak ada sangkut paut dengannya,…tapi bila berani menyenggolnya maka…ptiaauww…terimalah akibatnya. (Naa…itu baru cewek militan…dua jempol deh!)

Sekarang, gadis hitam manis penggemar segala yang berjenis KheMr-Mrah ini, tengah mempersiapkan dirinya meniti klimaks di FKIP (Fakultas Kedokteran Ilmu Keperawatan) atau nyusun skripsi, yang merupakan satu-satunya cara meloloskan diri dari kegiatan perkuliahan yang pelik dan sering tidak konsekuen antara jadwal dosen dengan jadwal kuliah tersebut.

“well, whatever the title is, we wish you a good-luck!
Yah, apapun namanya, melati tetap harum.”
(eh, gak nyambung banget ya endingnya? ^^
-----------------------------

2. Nikmal Maula

Korban kedua yang tampil berikutnya adalah Mola, si Penasehat di ‘party of five’. Cewek manis dan ramah ini bias dibilang paling sering gonta-ganti cell phone dan SIMcard-nya, hobi atau bukan, tidak jelas, tapi untuk cell phone terbarunya ini, ada banyak kisah tragis sekaligus lucu plus mengandung unsur kebetulan, karena kebetulan juga penulis ikut mengalaminya.

Dari dulu, sosok Mola selalu bersama Rahmi, akibat kedekatan mereka berdua sejak masih jadi bocah, hingga kemudian penulis bergabung yang merupakan imbas dari hubungan kekerabatan penulis dengan Rahmi, lalu akhirnya kami menjelma menjadi sebuah trio kompak banget.

Jika sebelumnya, ada cerita tentang Rahmi yang nyaris bebas dari gosip, maka sekarang ada Mola yang hampir sering terkena gosip. Kiatnya? Hm, mungkin karena tidak tegaan, dia jadi susah untuk memberi penjelasan, alhasil, sebagai teman-teman yang baik dan setia (ciee…) kami langsung mengambil alih dan segera mengadakan jumpa pers untuk mengklarifikasi masalah-masalahnya tersebut. Biarpun kemudian tetap ada yang bandel pada keyakinan terhadap benarnya isu itu, kami sepakat tunduk pada pepatah lama, anjing menggonggong, khafilah tetap berlalu. (Tul gak, Mol?)

Satu hal yang tidak pernah disangka sebelumnya pada party ini adalah secara ajaib, kita semua adalah komunitas PSIK Unsyiah. (Gak sengaja, lho…)

Gadis yang selalu terlihat kalem ini, termasuk orang yang gampang di deteksi keberadaannya, alias tidak terlibat kegiatan ekskul luar kampus, alias tidak sibuk organisasi sana-sini, dibandingkan personil lain, sehingga bila ada yang perlu bantuannya baik moril atau materil, langsung saja ke kediaman sang Penasehat. Dia akan memberi ‘nasehat’, baik berbentuk kata maupun barang. (Bagus ‘kan?)

Masih ada hal yang bisa dicongkel dari ingatan masa lalu penulis, seperti saat-saat les bahasa Inggris di tempat Miss Yet. Mola, yang punya kebiasaan tidak segan-segan merogoh kocek untuk ‘baksos’ tim, merupakan salah satu makhluk terlama bertahan bersama penulis ketika belajar di sana. (Wah, Mol, jadi ingat lagi nih, masa-masa ceria sejak SD dahulu, lama juga kita ya?)
“years gone by, memories stand by”
--------------------

3. Enny Jurisa

Anggota ‘party’ satu ini, yang paling fresh dikenal sebelum benar-benar menjadi yang paling akrab dengan penulis. Alasannya cukup jelas. Dialah teman sebangku penulis sejak ia melangkahkan kaki masuk ke kelas dua-satu SMA 1 Sigli tercinta, demi menggantikan posisi Ferry Misnawati, teman sekongkol dahulu.

Si penyuka warna ungu ini mengaku paling sering bernasib sial sehubungan dengan nama pemberian orang tuanya itu. (padahal udah capek-capek dipotong kambing satu ekor lagi, ya ‘kan En?). Mulai dari salah tulis di ijazah, sampai salah tulis di surat dan SMS. Bisa dibayangkan pusingnya Enny memikirkan itu semua, namun ia tetap ikhlas berlapang dada menerima ujian dari Allah tersebut. (syukurlah, meski nama penulis panjang, tapi ujian serupa tidak menimpa…Tabah aja ya…)

Mahasiswi PSIK yang ngantor di departemen Pengmas PEMA Unsyiah sekarang diberi amanah Tabibah oleh sang Ratu, mengingat sepak terjangnya yang intens di baksos-baksos berbagai tempat, di bidang kesehatan. Kemudian, semenjak tragedy 26 Desember 2004 lalu yang mengakibatkan munculnya banyak pengungsian secara sporadik, semakin mengokohkan dirinya sebagai Tabibah, dan membuatnya rela menjalankan misi-misi kemanusiaan untuk kesehatan ke segala pelosok Nanggroe Aceh Darussalam.

Hal ini pula yang turut menjadi salah satu lecutan pada pribadinya. Ia menggantungkan sebuah cita-cita yang teramat mulia di kalangan wanita, yakni shalehah. (btw, jadi ingat waktu di kost-an. Kita se-7B kan emang selalu mempropagandakan kata itu setiap ada peluang ngegosip. Luhur sekali keinginan kita saat itu ya... :)

Hm, bagaimanapun, siapa yang menginginkannya perlu kerja yang extra keras untuk mencapainya. (Wah, gak gampang En, ternyata)

“ Where there is a will, There is a way”
---------------------------

4. Silviana

Figur yang satu ini tidak pernah lepas dari kacamata minusnya. Bagaimana tidak, sejak berseragam putih biru, Silvi sudah mulai ketergantungan kecamata dan hingga detik ini penulis belum pernah mendapatinya tanpa barang tersebut. Yah, harap mahfum, kalau itu tidak ada, dia tidak akan melihat dengan jelas dunia yang fana ini.

Namun, dibalik itu, ternyata gadis yang berdomisili di Padang Tiji ini sangat gandrung pada pelajaran yang sering ditakuti mayoritas siswa, yaitu matematika. Menyikapi hal ini, penulis mengkategorikan sebagai sebuah fenomena alam nyata yang patut diberi ancungan jempol.
Kecintaannya akan Matematika, membawanya menuju jurusan Matematika MIPA Unsyiah. Silvi pun menunjukkan kapabilitasnya terhadap hampir seluruh mata kuliah yang rata-rata berhubungan dengan ilmu pasti tersebut. (aduh, puyeng nih!)... Terus, dia (sebentar lagi) menamatkan studinya di situ dengan menyandang gelar Cum laude. (wow, Sil keren wae)...

Ketika masih duduk di bangku SMA 1, Silvi pernah mengalami kejadian seru yang menyangkut garis keturunan ayahnya alias Sumatra Barat. Momen itu terjadi saat sesi diskusi yang lumayan alot di kelasnya mengenai masalah pernikahan di daerah Sumbar. Sebagian temannya berargumen bahwa mahar bagi pengantin wanita diberikan oleh pihak lelaki sesuai syariat dalam Islam. 'Adat basandi syara’, Syara’ basandi Kitabullah', begitulah bunyi pepatah lama masyarakat sana.

Tetapi, Silvi menyatakan bahwa pihak wanitalah yang memberi mahar, seperti tradisi rakyat India. Mendengar statement Silvi, gegerlah seisi kelas. Mereka kontan menvonisnya sebagai penganut aliran aneh bin sesat itu. Dan meski Silvi berupaya memulihkan nama baiknya sepenuh tenaga, mereka tetap keukeuh dengan mosi tidak percayanya. Padahal, yang dimaksud Silvi adalah beberapa daerah di Sumbar saja. (Duh, salah tafsir deh...)

Di akhir masa-masa indah SMA kita, ia berinisiatif menghabiskan waktu di Jambo U. Ia kemudian melemparkan idenya ke tengah-tengah kegersangan ide sekawanan gadis CERIA (Cerdas, Imut ‘n Alim), yang lalu disambut hangat seketika itu juga. Dan, jadilah kami menikmati detik-detik penghabisan sambil memperbincangkan isu-isu global yang sedang mewabah. Seru….

“To be shared, That what friends are for”
-------------------------

5. Hazraty

Atik. Sebuah nama yang tidak asing bagi penulis. Merupakan seorang teman yang cukup lama dan akrab dengan kehidupan hari-hari penulis, karena walau berbeda SMP, kami berdua adalah tetangga sekomplek.

Tergambar jelas di benak penulis bagaimana kami biasa melalui waktu bersama, bercengkeraman, bercanda, sedih, susah, semuanya, hingga musibah terbesar di penghujung 2004, membutanya pergi dari sisi kami, teman-temannya.

Kehilangan, itu pasti. Ia seperti lenyap tanpa jejak, entah hidup entah mati. Wallahu a’alam.

Muslimah yang piawai menggunakan penanya dalam menciptakan tulisan-tulisan menarik ini, bersama penulis serta Enny, sering memunculkan kreasi-kreasi segar untuk menyaingi karya-karya besar dunia perfilman. Misalnya saja Tenggelamnya Kapal Gurita, yang mengmbil setting saat KMP Gurita kandas di perairan Aceh, adalah wujud dari persaingan dengan Titanic yang sukses itu. Film ini sendiri diperankan oleh aktor Leo De Katpriok dan aktris EJ Korslette. Juga film The Last Rencong yang dibintangi T. Kurus, yaitu rival The Last Samurai (oleh Tom Cruise).

Selain itu, masih banyak judul yang telah dirilis skenarionya, namun belum didapat pemeran yang sesuai, yakni: Gitar Tak Bersenar, Piano Tak Bertuts, dan Seruling Tak Berlubang, sebagai kecemburuan terhadap film Biola Tak Berdawai.

Cewek blasteran Aceh-Jogja ini, merupakan si pengatur jalannya pemerintahan diantara kami, alias Perdana Menteri. Ini terjadi karena dia sendiri yang mengangkat dirinya ke kursi paling diminati tersebut. Jadi, adalah wajar bila memang dia yang menjabat PM ‘party’, karena sejak pelantikannya, ratu tidak pernah ikut campur. Dan pihak yang lain pun tidak ambil peduli.

Kini, setelah minus PM, ‘party of five’ pun seperti berada di ambang kehancuran. Bahkan sang Ratu bersiap akan membubarkan kabinet, untuk kembali menjadi rakyat biasa.

“Let the rain down and wash away my tears,
A new day has come”
------------------

6. Dewita Yulianti Azmi

Baru saja menapak di usia ke-21, ia harus kembali ke Pemilik yang sesungguhnya.
Ia datang…dan pergi di bulan yang sama, Desember.

Dewita, yang kebetulan menyukai warna hijau sama seperti penulis, adalah teman penulis di SMP 1 Sigli, SMA 1 Sigli, dan akhirnya menjadi teman sekamar di kost-kost-an.

Mungkin baginya, penulis-lah teman sekamarnya yang terakhir, ketika Allah memanggil.
Si aktivis ketua DPM FT periode 2004-2005 ini, punya segudang cita yang belum tersampaikan. Namun, ada satu inginnya yang penulis yakini telah terwujud. Suatu ketika, setelah kepergiannya, penulis menemukan selembar kartu nama. Disitu tertulis lengkap nama dan alamat Dewita.

Penulis membaca dengan setengah berminat, sampai pandangan penulis terpaku pada sederetan kata-kata pesan.

“Be a good Moslem, or Die as Syuhada”
Teman, Allah mengabulkan doamu
--------------------------

7. Muhsin

Si bungsu di keluarga ini, mengaku sangat sangat suka Eksakta, dan paling tidak tahan terhadap yang berbau hapalan. Ia pun segera berancang untuk menembus UMPTN menuju ITB.

Apa mau dikata, takdir berkehendak lain, sang ayah tidak setuju, dan ia hanya pasrah. Terpaksa, ia harus berpuas diri meneruskan studi di FK Unsyiah kebanggaan rakyat Aceh pada umumnya, dan Banda Aceh pada khususnya.

Muhsin, atau Icin, panggilan sayang paman tercinta, termasuk orang yang cukup sering berinteraksi dengan geng penulis. Ia kerap mengajak untuk menggabungkan diri dalam proyek-proyeknya, dan sebagai teman, tentu saja hal itu tidak mungkin kami tolak. Kami menerimanya dengan senang hati dan turut bekerja keras menggolkan programnya tersebut.
Pernah suatu kali, ketika kami semua sedang menggelar Try Out Fokus Gampi, Muhsin berujar bahwa baginya bertemu dengan penulis and gank adalah saat-saat terakrab dan ia bagaikan menemukan dunianya yang hilang. (Yee, emangnya kayak The Lost World, film arahan Pak Steven Spielberg itu?)

Di kala lain, ia pernah mendeklarasikan akan membangun patung untuk kami, karena ia merasa kami sangat memiliki andil dalam keberhasilan program-programnya. Tapi saat itu juga, Atik ayng menjadi juru bicara kami menjawab bahwa itu tidak perlu. Kami tidak butuh itu, tambahnya. (Terang aja, kita gak mau, wong komposisi patungnya dari batu + semen gitu, coba dari emas, kan oke tuh buat digadai? Hehehe…)

“Friendship seeks all our attention, and the most important is the character
Without that character, it would be like the wind in the twilight”
-------------------------------------

8. Rahmat
Ustadz Gampong, itulah julukan yang melekat di dirinya atas anugerah dari Atik. Eks ketua kelas dua-satu SMA 1 (sebelum aksi pembelotannya ke kelas dua-sepuluh---red) ini adalah mahasiswa yang tergolong cepat mendaftar sebagai tentor bidang Kimia di Bimafika.
Usut punya usut, ternyata kuliahnya tidak ada hubungan dengan Kimia dan turunannya, atau dengan kata lain, ia belajar di Teknik Mesin FT Unsyiah, atas instruksi bokapnya.
Tak berpatah arang, Rahmat berusaha mengalihkan minat terhadap pelajaran kesayangannya itu dengan menjadi pengajar di bimbingan belajar. (wah, kasusnya sama kayak Rahmi donk! Ngajarnya A, eh kuliahnya D…)
Awal keakraban kita semua ini ditandai dengan dekatnya jalinan pertemanan antara Rahmat dan Atik. Ini lalu menjalar ke lembaga tempat mereka mengabdikan diri. Tapi anehnya, hubungan keduanya sering dibumbui bentrokan-bentrokan kecil yang tidak sampai menyebabkan luka-luka yang berarti, sehingga rekan-rekan sejawatan mereka mengira sedang terjadi perang yang cukup panas atau sejenisnya. Padahal, itu semua hanya kamuflase untuk menutupi hal yang sebenarnya, yang bahwa hakikatnya mereka berdua sangat akrab. (yee…dasar…)
“Never put off until tomorrow, what you can do today”
-----------------------------------

9. Orizal Safitri
Membaca namanya, banyak orang akan beranggapan bahwa Orizal adalah seorang perempuan. Bahkan, ada yang berkata bahwa namanya salah tulis, salah ketik, ataupun salah baca. Mengetahui hal ini, sepertinya dia sudah tidak ambil pusing. Mau diapakan lagi, toh, memang sudah begitu diri.
Sebagai mantan orang nomor satu di SMAN 1 Sigli, tak pelak lagi, dia sangat dikenal di kalangan siswa-siswi, dan juga guru-guru, bahkan penjual-penjual mi di kantin sekolah. (ya wajar dong, dia kan butuh makan juga!)
Bagi penulis pribadi, memiliki seorang teman yang punya popularitas dan ketenaran seperti Orizal adalah suatu kebanggaan. Dengan hal demikian, maka secara tidak langsung pamor penulis juga ikut-ikutan terangkat.
Pun begitu, penulis tetap menjaga agar selalu rendah hati, walau dikelilingi oleh figur-figur terkenal. :)
“Again, let’s talk about friendship”
-----------------------------

10. Ikramullah
Satu-satunya teman ikhwan yang pernah bertetangga dengan penulis, baik di kampung halaman maupun di rantauan, ialah Ikram.
Beliau bahkan sempat menjadi bapak kost penulis and friends di seputaran Jeulingke. (hm, jarang-jarang nih event ginian…)
Pemilik kost yang sedang merampungkan studinya di Fak. Pertanian USK ini malah sering berbaik hari merelakan rumahnya, yang kebenaran berada di samping kost penulis, menjadi ajang mangkal plus latihan grup nasyid BELIA, dimana ia sendiri tergabung di dalamnya.
Dapat ditebak, dengungan suara mereka pun terdengar hingga ke paguyuban penulis. Reflek, bakat iseng bin jail anak-anak kost turut berpartisisapi…eh…berpartisipasi. Kami ikut-ikutan berubah rebut, namun bukan merdunya suara yang muncul, melainkan riuh-rendahnya seruan anak-anak kost berbicara, dari mulai anjing tetangga, ayam-ayam rumah kost depan, binatang-binatang peliharaan di kampung, sampai bintang-bintang film di tiap inci penjuru dunia. (kalau diingat-ingat lagi, malu-maluin sih sebenarnya, soalnya kita pengennya ‘kan jadi kalem bak puteri-puteri Solo itu… ^^
“Remember every moment you’ve passed by,
keep it in your mind and memorize”
-----------------------------

11. Zahrul Umran
Putra pertama bapak Umran ini merupakan teman penulis yang tetap terlihat manis meskipun berkulit hitam, alias hitam manis. (Rul, kalo mau bilang makasih, gak usah segan-segan ya..^^)
Saat pertama kali berkenalan, juga ada Romiansyah, dan berteman, kita sama-sama mengikuti les bahas Inggris di tempat Miss Yet. Penulis sempat keder juga berada di antara komunitas SMP 2 Tijue tersebut, mengingat status penulis yang henya satu-satunya siswi SMP 1 Sigli disitu.
Dasar memang kelewat sok Pe De dan karena merasa ada Cut Eka yang selalu menyertai, penulis mencoba beramah-tamah ke seluruh peserta lest itu. (abisnya, mereka semua ‘kan konconya si Cut Eka, jadi mo gimana lagi…yah, terpaksalah…)
Dipikir-pikir, kenal lebih cepat ada untungnya juga, karena ketika bertemu di SMA, penulis sudah merasa akrab dengan Zahrul cs. (bener ‘kan?)
“Experience is the best teacher – Experintia est optima rerum magistra”
-----------------------------

12. Zulkarnain
Jika ada yang merasa berteman dengan pribadi murah senyum ini, dan mengalami kesesatan di lingkungan kampus Kedokteran USK, maka penulis menyarankan agar menyebut namanya di depan kumpulan mahasiswa di sekitar situ, niscaya mereka akan memberitahu jalan keluar dan membebaskan nasib si orang malang. (ciee…segitunya…)
Pemilik nama kecil Dek Nen ini, akrab disapa dengan panggilan Zoel oleh rekan-rekan kampusnya. Keluwesan sikapnya dalam bergaul menyebabkan ia mampu diterima di berbagai kalangan. Ibu kost yang bukan ibu kandungnya, teman-teman kost yang beraneka karakter, teman kuliah dari berbagai daerah, dosen-dosen yang berlainan sifatnya, ibu kantin yang berjualan, pegawai bengkel sepeda motor, dan masih berjubel makhluk lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semuanya pasti mengenalnya. (ya iya lah!)
Dalam sejarah kehidupan penulis, baru dengan dia lah penulis harus tunduk dan patuh. Penulis dengan tawakkal dan pasrah mendengar dan mengikuti setiap perintahnya, karena kalau tidak, penulis akan berada pada posisi yang sulit, mengingat kapasitasnya sebagai asisten lab di fakultas kala itu. (hehe…sekarang baru berani ngeluarin unek-unek selama ini…sori ya… ^^)
Saat ini, dia terlihat sibuk di kampusnya, karena selain nyambi menjadi asisten lab, di terjun di organisasi paling bergengsi di FK atau BEM. Menurut desas-desus yang kian santer berhembus, dia akan dinobatkan menjadi salah satu kandidat orang kuat BEM. Dan bila kabar ini benar, semoga Zoel bias tetap ramah dan tidak melupakan sobat-sobat lamanya…
“May God lead you to the right path”
---------------------------------------------------------------------------------------------------

Kepada Yang Lainnya…

“berteman tidak hanya dengan satu, dua, atau beberapa orang saja. Ia harus lebih dari itu. Keakraban butuh pengertian, kedekatan perlu pembinaan. Ia berwaktu. Terkadang pencapaian tidak sepenuhnya ada, namun pertemanan adalah kepastian. Ia tidak ragu. Akan kusebut satu demi satu…”
~~~Cut Iranda Gusrina, la belle de la Blang Asan. Nela Eliza, si lembut yang manis. Purnama Widi, M. Irfan Ginanjar, “Bandung, kumaha damang?” Jafrullah, professor kebanggaan 3 IPA2. Eva Husriana, teman sebangku-ku di kelas tiga. Kresna Chandra, “sibuk nih di Jakarta?” Chaerul Rizal, “Gimana kabarnya sekarang?”
~~~Fuadil Akbar, mantan kawan berantemku. Hendra Sagita, yang lagi serius di PIM. Nurmaya Shinta,”ingat kampung dong?” Dermawan Abdillah, “udah kerja, ya?” Siska Ariestia, si jangkung angk. 01. Sheila Marlisa, yang bosan di kelas unggul. Suharrita, “dimana sekarang?” Mariani + Dewi Sartika, “udah kelar nih kuliahnya?”
~~~Elsy Citra Delviana, si imut kecil. Cut Eka Putri, teman sepermainan kecil-ku. Aidil Azhar, eks pemimpin kelas dua-ku. Ami Wandi, “baek-baek ‘kan?” Juga, Reza Kamarullah, semoga Allah merahmati. Romiansyah, teman akrabku di les. Fadli, ketua FUAT periode ini. Leni Andriani, yang pernah se-kost.
~~~Cut Nadya, Cut Maisarah, Elly Susanti, Erlina Suri, Meutiawati, Nova Ellyzar, Yusril Mahendra, Ibnu Nizar, Ilham Anshari, M. Iqbal, Mirza Husni, Misriani, Nurmaliasari, Satria Ferry, dan teman-teman yang pernah bertegur sapa denganku.
I will never forget you…

~salam~

Thursday, May 20, 2010

"Konon…Kebun Ini Menyimpan 1001 Kisah"

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt yang telah memberi kesempatan pada penulis untuk menciptakan sebuah karya yang insya Allah tetap berpijak kokoh pada pilar Mekkah, walaupun diwarnai nuansa seni para pujangga Eropa (ehm…), yang mana menampakkan metode jitu dari segi intelektualitas penulis jua (ehm lagi…) kepada para pembaca. Tak lupa pula shalawat serta salam penulis haturkan ke pangkuan Rasulullah saw yang telah membawa umatnya menuju alam pencerahan penuh ilmu pengetahuan.

Kejutan!!! Itulah pikiran yang pertama kali terbersit di benak penulis saat memulai pekerjaan ini. Meski pada dasarnya, ide tersebut hadir akibat rasa kagum dan bangga penulis atas hadiah yang pernah diberikan teman-teman penulis di suatu waktu. Lalu, lahirlah inspirasi untuk berbuat hal yang sama, tetapi dengan ruang lingkup dan standar seni yang berbeda.

Penulisan buku ini, biarpun terkesan sederhana, tidak dapat dikatakan mudah. Karena, pada kenyataannya penulis jelas-jelas harus meluangkan beribu-ribu detik dan mengerahkan seluruh daya imajinasi dan kreatifitas penulis yang secara tidak langsung telah nyaris terkubur bersama maraknya kegiatan-kegiatan penulis yang jauh dari nilai seni dan sastra. (deu…)

Maka, timbunan ide-ide cemerlang yang hampir usang itu pun terpaksa digali dengan membanting tulang. Sebuah kerja yang berat memang. Namun, demi kesenangan yang ‘kan diraih, penulis rela menggarapnya dengan ceria dan bahagia.

Dan, sebagai bukti wujud cinta penulis yang lain, akan penulis perlihatkan rekaman gambar saat-saat mengharukan tersebut kepada pembaca semua.

Selamat Menikmati.

Tuesday, May 18, 2010

"Lihat Kebunkoe, Yuk!"

Inilah Daftar Isi-nya...

Kav. 1 Setetes Embun di Awal Pagi
Kav. 2 The Party of Five Pic
Kav. 3 Konon…Kebun ini Menyimpan 1001 Kisah
Kav. 4 Telaga Diri
Kav. 5 Secangkir Teh di Tengah Taman
Kav. 6 Kagumilah Keindahan Mawar
Kav. 7 Gugurnya Daun si Pohon Jati
Kav. 8 Berhentilah Sejenak! Istirahatkan Kakimu di Bawah Rimbunnya Beringin ini
Kav. 9 Awan Berarak Ceria
Kav. 10 Pandanglah untuk yang Terakhir Kali Sebelum Gerbangnya Tertutup

"Setetes Embun di Awal Pagi"

Untuk Teman Sejatiku, Untuk Angkatan Dua Ribu Satu

Assalamu’alaikum, wr. wb.

Apa kabar, teman?
Selamat datang di kebun hatiku. Perkenalkan, aku, si Penjaga Hati.
Selama beberapa menit ke depan, ku ‘kan mengantarmu menapaki setiap jengkal tanahnya.
Ku ‘kan biarkanmu memandang dengan leluasa setiap hal yang ada di sana.

Nah, apakah kamu sudah siap dengan petualangan ini?
Kalau sudah, baiklah, kuberi kamu sebuah kunci, pembuka gerbang kebun.
Aku hanya mendampingi.
Bukalah! Kunci itu adalah Basmallah.

Inilah dia! Kamu dapat melihat dengan jelas, bukan? Sekarang, arahkan matamu lurus ke depan. Berada tepat di hadapanmu, ada lukisan diriku dan empat sahabat. Kusebut ia ‘Party of Five’, karena seringnya kami menghabiskan waktu bersama.

Ayo, kita mulai melangkah. Seraya berjalan, kuceritakan proses panjang pembuatan ‘kebun hati’ ini. Butuh masa yang lama dan nyaris mencapai titik jenuh tertinggi saat membangunnya. Kucari bibit-bibit tanaman terbaik, kugali tanah untuk kolam, kutata rapi letak bunga-bunga, kuciptakan pula taman asri lengkap dengan pondok mungil menghiasinya. Begitulah, lelahku tak terkira demi merasai sebuah masterpiece seni.

Teman, mari kita menuju telaga diri. Di situ dapat kamu perhatikan dirimu sendiri, karena airnya bersih dan jernih. Bila telah puas kamu di telaga, kuajak kamu ke sebuah pondok nyaman yang dikelilingi taman bunga. Kita bisa menghirup wanginya teh sambil menyejukkan mata memandang kecantikan kembang aneka warna.

Hm, tak mengapa jika kamu ingin kita tidak hanya duduk minum teh saja. Jangan sungkan memintaku menemanimu jalan mengitari taman untuk mengagumi indahnya mawar-mawar. Sudah kukatakan, ku ‘kan menjadi kawan setiamu.

Kukira kamu pasti tidak mau melewatkan secuilpun areal di sini, betul ‘kan? Jadi, selanjutnya giliran si tua Jati yang kutunjukkan. Terangkah dalam penglihatanmu, saat ini ia sedang menggugurkan daunnya. Tahukah kamu mengapa?

Ah, sebegitu jauh kita melangkah, kurasa kamu kecapaian. Kuanjurkan supaya kita berhenti sejenak di bawah rindangnya Beringin ini dan beristirahat, melemaskan otot-otot kaki kita yang sedari tadi bekerja. Hei, terdengarkah olehmu merdunya kicau burung-burung yang bertengger di ranting-ranting pohon? Mereka tampak berceloteh tak habis-habisnya.

Lalu, coba pandanglah ke atas. Perhatikan dengan seksama, mega nun jauh itu. Kapas-kapas besar yang berarak tersebut terlihat sungguh cerah ceria. Kuanggap mereka tengah menyenandungkan dzikir pada-Nya. Bagimu?

Tak terasa, detik-detik akhir kebersamaan kita hampir menjelang. Maka, alangkah baiknya bila kamu merentas sisa waktu dengan bijaksana. Silahkan menatap semua kenangan manis yang ada di belakang. Berusahalah mematri memori-memori itu dalam ingatanmu. Percayalah pada tuturku, kelak kamu akan sangat membutuhkan.

Wah, ternyata saat berpisah telah tiba. Mari kita menyusuri jalan setapak. Ini akan mengarah ke gerbang tadi. Dan persis ketika pertama kamu datang, gerbang ini pun harus kamu sendiri yang menutupnya.

Tetapi, tidak mesti memakai kunci, karena kamu cukup mendorongnya hingga tertutup rapat, seterusnya ia akan terkunci sempurna.
Ketika itu, iringilah dengan Hamdallah.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Apapun arti hidupku, keserahkan sepenuhnya kepada-Mu,
 Bukan dia, bukan mereka, bukan yang lainnya

Monday, May 17, 2010

"Sepotong Kenangan di Kebun Hatiku"

"A Slice of Memory in the Garden of My Heart", itu adalah judul di cover depan buku kenangan yang udah ku-karang-karang di 2005...

Merupakan sebuah kumpulan memori bareng teman-teman yang selama aku kuliah di Banda Aceh ini telah menjadi teman dekat, dengan berbagai frekuensi keakraban yang mereka tawarkan...

Khususnya, buku ini adalah sebuah dedikasi in memoriam of Atik dan Dewita, dua temanku yang telah berpulang ke rahmatullah di 2004, karena Tsunami...dua teman yang paling dekat dan bahkan se-kost pada saat kejadian musibah itu terjadi...sehingga seperti sebuah keharusan untukku membuat kenangan dengan mereka berdua itu tetap hidup dalam ingatan kami semua...teman-temannya...

And so, here goes the posts for the 'book' of mine dan theirs...

Mukaddimah

Buku kenangan untuk temen-temenku yang kukarang-karang di taon 2005, sekarang pengen ku-publish di blog baru aku ini yang ku-create di taon 2010. Yang berarti, usianya sekarang udah sekitar 5 taon-an,…masih balita…ehehe…

Maksud hati sih, pengennya ada halaman khusus buat si buku itu, tapi kayaknya di blog ini kejadian seperti itu gak bisa...jadi, yah apa hendak dikata...ku-post secara normal deh satu-satu gitu di sini...en kalo bakal terlihat aneh, ya udah lah...aku terima nasib aja...hehe (kesannya pasrah abis)

Well,eniwei, ke depan post-post blog ini bakalan dipenuhi dengan kenangan aku di masa lalu yang udah kusimpan rapi jadi buku en kukasih satu-satu ke tiap temen aku yang udah tersebut biografinya di buku itu...

En, cukup bisa ketebak bahwa semua temen aku itu, emang memberi komentar-komentar yang bikin aku ketawa-ketiwi, mengingat komentar masing-masing orang itu bener-bener menggambarkan kepribadian mereka juga...hehe

To all of my best friends, thanks a lot for your understanding and for not trying to sue me to the court...keke

(bukan) Ayat- ayat Cinta

me-rekonstruksi kebahagiaan para pemeran wanita di Ayat-ayat Cinta

sebenernya gak pengen ikutan gila,,,tapi, boljug lah...hehe

dengan latar Masjid Raya...bagai imaji yang kontras sekali...kekeke

bergaya kalem...mencoba mendeskripsikan kisah Ayat-ayat Cinta...



Beginilah, nasib kalau gak lulus casting jadi pemeran utama wanita
 di Ayat-ayat Cinta...
(gak bisa komentar apa-apa deh...mhehe)

Thursday, May 13, 2010

...to my defense...

No need to worry... I know exactly that even though the whole world turns its back, I still have God to protect me... In nothingness, the 'me' whom I myself can't really figure out...seems to be drawn into a black hole of this worldly dream. Walking aimlessly...has become my habit these days...unconsciously.



I have forgotten what the actual purposes that I supposed to accomplish...was it for me? was it for my parents? my family? or society?... Feeling like being deceived by my own mind...as if it locks some very crucial points in my life...prevents me from gaining back my interests...



Somehow, my wishes confronting my family hopes, that my ego looks like another 'rebellion'...as in my teenage years...



Getting more and more pathetic inside, yet keeping smile and being tough outside...escaping to a comfortable zone...



Are all the things that sucking my soul away...but, it is only one what keeping me alive with dignity...that there is Allah, whom I worship for...whom I always seek for helps...whom I know for sure...is the only One who best understands the 'me' I'm still not recognized...yet.


Tuesday, May 11, 2010

Biar Cinta Itu Bermuara Dengan Sendirinya

Biar Cinta itu Bermuara Dengan Sendirinya....
Kenapa tak pernah kau tambatkan.
perahumu di satu dermaga?
Padahal kulihat, bukan hanya satu.
pelabuhan tenang yang mau menerima.
kehadiran kapalmu!

Kalau dulu memang pernah ada.
satu pelabuhan kecil, yang kemudian.
harus kau lupakan,
mengapa tak kau cari pelabuhan lain,
yang akan memberikan rasa damai yang lebih?

Seandainya kau mau,
buka tirai di sanubarimu, dan kau akan tahu,
pelabuhan mana yang ingin kau singgahi untuk selamanya,
hingga pelabuhan itu jadi rumahmu,
rumah dan pelabuhan hatimu.
--------------------------------------------------------------------------
( Judul Puisi " Pelabuhan " karya Tyas Tatanka, kumpulan puisi 7 penyair serang)

Foto Bayi Cakeeep...




Wuisshh, aku nemu foto adek bayi immuutt...banget... (gilee...gue aja naksir hehehe...)

Entah foto anak sapa itu, tapi, aku mah santai aja, upload-upload aja...hehe...

dapet dari yahoo sih, di bagian artikel tentang nama-nama anak gitu...gilee dah tuh anak cakep banget...
(masih terpana..terkagum-kagum... )
 

Monday, May 10, 2010

Step by Step

Just my imagination, while drinking the cooled tea
I play around with the thread tied on my finger
Let’s walk lightly to the rhythm of bossa nova
Pieces of the puzzle are in my hand

That’s right, Ah- Ah- Ah- Last week I was in different clothes at the same place

Step by Step, I’m not getting impatient
Case by Case, even if I get laughed at I don’t mind
Because across the countless days, she’s waiting
I gotta go my own way

Lovers are moralists who wore extravagant dreams
But somehow they’ll wake up

That’s right, Ah- Ah- Ah- Next week you’ll be in different clothes at a different place

Step by Step, I should do things as to my likes
Case by Case, even if it’s a roundabout way I don’t mind
Because across the gray days, she’s laughing
I gotta go my own way
I gotta go my own way

That’s right, Ah- Ah- Ah- Next week I’ll be in different clothes at the same place

Step by Step, I’m not getting impatient
Case by Case, I’d like to laugh and let it dissolve
Because across the countless days, she’s waiting
I gotta go my own way
I gotta go my own way
I gotta go my own way
I gotta go my own way

________________________________________________

Detective Conan 1st Ending Theme: Vocal by Ziggy
credit: atashi.wordpress.com

--->>> one of my faves (^.^) <<<---

Sunday, May 9, 2010

Sang Penyihir dan Kisahnya

Pada suatu legenda, di sebuah kerajaan di negeri Antah Berantah, hiduplah seorang Penyihir yang memiliki kekuatan tiada tandingannya.

Di suatu malam, saat sang Surya telah menepati janjinya menyinari sang Bumi, dan saat sang Bulan kemudian menggantikan perannya menerangi dunia, sang Penyihir terpaku—tersihir oleh cahaya sebuah bintang yang berada di cakrawala angkasa raya—meski akhirnya, sang Bintang terus pergi menghilang, menyisakan pancaran sinarnya tetap menyihir sang Penyihir...

Sang Penyihir merasa kekuatannya semakin melemah, maka iapun segera kembali ke kerajaannya—menemui sang Ratu, Penasehat, serta Tabib kerajaan. Sang Penyihir menceritakan ihwal kejadian yang menimpanya dan memohon bantuan dari para sahabatnya tersebut...

Sang Ratu berkata,”Kuatkanlah dirimu, wahai Penyihir, engkau adalah yang terbaik yang kami miliki”...Kemudian, sang Penasehat menambahkan,”Hanya kamulah yang bisa menangani masalah ini, tapi saranku cobalah minta pertolongan bintang lain yang sama kuat seperti sang Bintang tersebut”...Sang Tabibpun tak berbeda,”Temanku, tak ada obat di kerajaan ini yang dapat menghilangkan efek sinarnya, carilah pertolongan lain.”
Mendengar penuturan para sahabatnya tersebut, sang Penyihirpun tidak dapat berkata apa-apa lagi...

Hatta, sang Penyihir memutuskan meninggalkan kerajaan, tanah kelahiran yang dicintainya, menuju ke dunia luar—dunia baru yang sama sekali tak dikenalnya—berusaha memupuk harapan agar dapat menemukan sang Bintang pemulih kekuatannya...

Dan, tibalah sang Penyihir di sebuah taman meteor, memandangi hujan bintang di langit sana...walaupun, ia merasa tak ada yang seperti yang dicarinya—sang Bintang paling cemerlang sejagat raya—meski di depannya semua tampak begitu mempesona mata...

Di penghujung kisah, sang Penyihir berdiam diri, di tengah hamparan dunia yang terasa sepi...

''in a soundless desert sea, under the star filled sky, I'm looking up to it alone... How far does it continue on for? I wonder how far I can walk for!''
---------------------------------------------------------------
------------------------------------

Banda Aceh, di kumpulan hari di tahun 2009
(dikarang-karang di tengah kejenuhan mengamati metamorfosa diri...)

Saturday, May 8, 2010

Boulevard of My Dreams

Rabu lalu, 5 Mei, aku ikut seleksi interviu di Pusat Bahasa Unsyiah. Yep, bener sekali. Aku apply beasiswa Pemda NAD yang kapan itu dibuka dan diumumin di koran Serambi Indonesia.

Oh bukan, bukan mau ngambil S2 lagi (yang mana aku udah dapet gelarnya), tapi aku berminat buat nyambung kuliah aku ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi…itulah S3.
Namun, qabla proses pengurusan berkas, aku dihadang oleh dilemma para wanita pada umumnya, yakni: ‘ngapain ngambil S3 terus….kenapa enggak mikir buat jadi is-3 aja dulu?’ sebuah reaksi denial yang normal ditunjukkan oleh pihak keluarga, kerabat dan handai taulan. It is a huge dilemma. It really is.

Begitulah, aku sempat harus bertafakkur alam untuk mengatasi masalah yang sebiji ini. Jalan-jalan ngukur kota Banda Aceh pake motor, jalan-jalan bareng temen ke mana-mana, dan sebagainya…dan sebagainya. Lalu, muncullah jawaban atas tanya mereka itu.

Maka, dalam debat kusir yang diadakan anywhere in this town tersebut, aku dengan hati pasti setengah mati menuturkan jawaban yang berbunyi kira-kira begini, “Kenapa memangnya kalo mau nyambung S3, apa salahnya? Lagian, Indonesia udah merdeka, penjajah udah pergi, daripada kelamaan nunggu dilamar jadi istri, mending aja jadi S-three….ntar, kalo emang jodoh, pasti datang sendiri, pada saatnya nanti…” Yang langsung disambut dengan komplain-komplain panjang dan lamaaa…yah, aku dengan santainya tetap aja enggak peduli…mau gimana lagi, abis emang realitanya gini…kita tetap harus maju, walau apa pun yang terjadi (kecuali kalo ada badai dan bencana alam lainnya, itu mah lain lagi ceritanya).

So, eniwei, setelah ngumpulin berkas-berkas yang ribet itu, dan aku pada akhirnya keterima…tibalah pada tahap interviu ini. Proses interviu kemaren itu bener-bener sebuah proses panjang dan butuh pengorbanan serta kesabaran tinggi, dimana aku sebagai seorang hamba Allah sejati telah diuji didalamnya, untuk melihat apakah aku memang pantas dan layak untuk mendapatkan semua anugerah itu.

Yak, imagine that, pengumuman interviu dijadwalkan dimulai pada jam 8.15 WIB untuk semua kelompok, A, B, C, dan D. Aku tergolongkan di kelompok A, dengan nomer urut 24. Nah, datanglah aku dengan semangat 2010 ke lokasi kejadian sekitar 8.20-an (karena kuatir jadwalnya ngaret, jadi aja aku berusaha enggak on time-on time amat…).

Ketemu ama adek-adek letting aku di TEN, say hi, salam-salaman, gosip-gosipan, lucu-lucuan, sampe pindah-pindahan tempat duduk (Tempat duduk pertama: “eh, kak ika gak kedapetan tempat nih, kita pindah yok!” kata adek-adek letingku itu. Di tempat duduk kedua: “wah udah mulai panas nih, matahari-nya udah ke arah sini ini, pindah yok!” kata adek-adek letingku lagi. “kayaknya yang disitu bisa, walo agak nyudut gitu” aku mencoba menawar sebuah tempat yang oke buat mojok bareng. Di tempat ketiga: “gimana kalo kita pindah aja, tuh ada bangku panjang kosong, yok cepetan sebelum ada yang duduk disitu” akhirnya adek-adek letingku itu nawarin pindah lagi. “untung gak ada survey juga ya disini, kalo ada, ntar kita udah dapet penghargaan “Kelompok Ter-Nomaden Hari Ini” hhehehe..” aku nyerocos asal. Dan kita untuk terakhir kali menjadikan bangku-panjang-yang-ada-dibawah-tangga sebagai basecamp kami pada hari naas itu).

Disela-sela kami ngobrol yang enggal jelas juntrungannya itu, jam adalah sebuah benda yang paling sering dilirik. Pas jarum jam pendek di posisi 9, dan jarum jam panjang nya di posisi 15…akhirnya, para-para interviewer kami berbondong-bondong naek ke lantai 2, lantai tempat diadakan interviu-interviu tersebut.

Satu nama orang dipanggil. Aku gak kenal. Jangan ditanya.

Lalu, satu lagi….terus another satu lagi.

Menunggu…terus menunggu….bener-bener ngebosenin.

Jam 10 teng. Waaaksss…seteres aku. Aku udah enggak tahan lagi. Aku…Ah, bayangin coba, sebenernya aku ada jadwal ngajar di TEN jam 8.15 sampe jam 10.30…dan karena ada interviu jijai bajai ini, aku cancel deh tuh jadwal. I thought I would get that interviu done at the scheduled time…higs..higss…mengecewakan banget…aku udah ilangin waktu ngajar aku dan makin membuat aku harus cari jadwal ganti….kecewa aku sebagai peserta wawancara.

But, show must go on…interviu tetap jalan…dengan lambatnya.
And, what do you know? Aku, dengan ijin Allah swt, pada ujung cerita bisa ikut interviu juga di hari itu….pada jam 1.30 siang. SIANG, sodara-sodara!!! Huhuu…aku terpaksa harus makan di café-café pinggir lapangan tugu itu (karena lagi pengen es kelapa muda sama rujak pak etek, hehe), dan shalat zuhur di masjid kampus…

Gara-gara udah kadung sebel, aku yah, lambat-lambat aja selesai shalat, lipat mukena adegan slow motion, jalan sambil menikmati siang terik hari (yang mana aku nyesal abis setelah sok-sok ‘menikmati’ itu), dan naek tangga sambil nyeret-nyeret kaki biar gak pas-pas banget nyampenya…fufufu…drama banget lah aku pokoknya…

Dan, bagaimana nasib para peserta di kelompok A dan lainnya itu? Begitulah, sehubungan dengan lambatnya proses tanya-jawab tersebut, maka bagi nama-nama berikut, akan dilaksanakan interviu pada…ESOK harinya, di waktu dan tempat yang sama…demikianlah…

And, my fate…during the interview…ditanyain tentang “what is your name?”, yang dengan begonya, aku melirik ke arah berkas aku yang ada di atas meja di depan mataku, dan menjawab, “ika kana trisnawati”, which is aku jadi heran, kenapa aku pake lirik-lirikan segala gitu, kayak orang lain yang kusuruh gantiin aku, en daripada salah nyebut nama mending liat ke berkas aja…ckckck…kira-kira si pewawancara nya mikir aku tuh orang lain enggak ya? Halah..macem-macem aja…

Trus juga, karena aku milih Taiwan, jadi ditanya tentang “why you choose Taiwan?” etc..etc…, yang hampir kujawab dengan, "because it's my hometown" ehhe...

Hah, benerlah, interviu itu….males banget sejujurnya kukatakan kalo ditanya-dan-menjawab gitu, pengennya sih seleksi enggak usah aja ada interviu segala…mhehe…

But, still, karena itu adalah ajang yang menentukan apakah aku keterima ato enggak, so, aku musti ngejawab dengan bagus, buat ngeyakinin bapak-bapak interviewer itu kalo aku pantes dan layak jadi juara-nya….Amien. Amien. Amien…

Thursday, May 6, 2010

Komik Golongan Darah dan Kepribadian

Aku sebenernya antara pengen nge-post komik-komik ini dan tidak....ah, dilema deh...(cailah)

Pro-kontra nya adalah kalo ini di-post maka bisa berarti aku setuju sama isi nya,,,,tapi kalo enggak di post, aku ntar dikira enggak suka...padahal komikna mah lucu bangets....(puja-puji)

Terlepas dari smua itu, akirnya aku mutusin untuk nge-post komik ini juga...fufufuu
Nurut loe, gimana sih kepribadian loe ituh? dah terwakilkan belom disini?


1. Percakapan antara A dan B



2. Tentang Mengemudi

3. Keunikan Tiap Golongan Darah

4. Janjian Jam 3 Siang


5. Kalau Tipe B Seperti Kucing

credit for Bahasa translation: Me...^^, dan btw, aku ituh tipe B....(announce to the world!!yeah..yeah!!)

credit for English comics: www.donnadaritan.com

Tuesday, May 4, 2010

Indo Status: Alert…Alert…Alert!

1 Mei: Hari Buruh
2 Mei: Hari Pendidikan Nasional
3 Mei: Hari Senin
4 Mei: Hari Postingan Ini

Oke, yang tanggal 3 en 4 itu bukan focus yang mau kubicarain, itu hanyalah pengecoh…supaya enggak terkesan terlalu kaku…postingan kali ini. Karena, tema yang sekarang sedang hot dan in itu adalah tema yang kaku, yaitu: mengenai buruh dan pendidikan di negeri tercintaku, Indo Raya ini.

Pertama-tama, aku ingin men-deklarasikan bahwa…bulan Mei ini sebenarnya adalah bulan penuh Cinta. Ini Serius.

Coba deh perhatikan, tanggal 1 Mei ‘kan hari yang didedikasikan karena negeri ini Cinta pada buruhnya. Trus, tanggal 2 Mei ‘tuh hari (yang sebetulnya hari jadi Ki Hajar Dewantara) untuk meluapkan rasa Cinta negeri ini terhadap dunia pendidikan (dan Ki Hajar Dewantara, tentunya).

Lalu, enggak salah kan dugaanku itu?
Yak, tentu saja. Karena kalo mau bilang salah juga enggak bisa, wong aku yang empunya blog ini, kok! Hehee…

Back to the basic…

Tapi, ternyata, TERLALU Cinta itu sangat tidak baik. Rasul saw udah dari dulu-dulu mengingatkan kita, kalau mencintai sesuatu itu harus jangan berlebihan, jangan ke-terlalu-an…begitu juga kalau membenci sesuatu. Bila sudah TERLALU, maka akibatnya juga tidak akan bagus, dan malah bisa menyebabkan kerusakan atau kemudharatan yang sulit diperbaiki.

Dan, TERBUKTI.
Karena SANGAT Cinta-nya, para buruh tetap menjadi buruh. Dengan gaji yang minimalis dan praktis. Praktis tidak bisa membangun rumah besar dan mewah.

Entah hal ini tetap ada atau tidak, ketika aku masih di Amrik dan kemudian dapat sharing link sebuah film (secretly recorded) yang di-upload ke University of Youtube, kenyataan tentang para buruh itu begitu mengenaskan. I was saddened beyond words at the time. I was shocked by the reality undercovering the labors’ life.

Dapatkah kita bayangkan? Gaji buruh hanya 10 ribu rupiah. Per hari. Imagine that? Kalau di Amrik, upah minimum per JAM itu sekitar 6 dolar-an, which is 24 x 6 = 144 dolar per HARI. Yang berarti 4,320 dolar per BULAN. Dan dengan upah sebegitu tinggi, mereka bisa menyewa sebuah apartemen seharga 1000 dolar-an per bulan nya.

But, that’s in the States. How about in this country?

Bila, se HARI = 10 ribu, berarti se JAM = 417 rupiah. WOW!!! What a number! ...speechless!...
Lalu, se BULAN = 300 ribu. Cukup bukan? Cukup untuk makan dan minum saja, minus sekolah, transport, etc…etc…
Apa yang bisa dilakukan dengan hanya 300 ribu saja? Aku tidak tahu… Kamu?

Lagi-lagi…deskripsi di atas hanyalah segelintir bagian yang terlihat…semoga upah minimum buruh di Indo sekarang sudah mengalami peningkatan yang signifikan…semoga saja…atau BELUM? Mengingat ramainya aksi demo para buruh akhir-akhir ini, apa bisa kusimpulkan bahwa ternyata mereka belum layak naik upah? Bahwa mereka masih merupakan kaum yang ter-marjinal-kan oleh para elite? Bahwa masih ada para elite direksi yang lupa bila kekayaan mereka itu ada karena berkat kerja keras para buruh itu?Bahwa…negeri ini tetap dalam stagnasi waktu…yang entah kapan bisa mulai bergerak maju.

Kalau aku udah menyebut masalah buruh, lalu apa pula masalah dunia pendidikan kita?
Sudah Jelas Terlihat.

Dengan mengusung tema besar STANDARDISASI kualitas pendidikan, Indo menerapkan batasan kelulusan siswa…yang segera saja disambut dengan tangisan, ketakutan, kecemasan, stress, hingga akhirnya peng-halalan segala cara.

Contoh saja, ada kasus kebocoran kunci jawaban. Dari usaha masing-masing individu siswa, hingga usaha gotong-royong pihak sekolah dan jajaran nya. (Tentu saja aku tidak mengarang-ngarang kisah ini supaya terbaca nyata, tapi ini bersumber dari siswa pelaku itu sendiri yang mengaku bila pihak sekolahnya lah yang membagi kunci jawaban tes ke seluruh siswa, yang mereka lakukan demi menghindari banyaknya ke-tidaklulus-an dan menjaga nama baik sekolah itu pada akhir cerita ….dan demi rasa CINTA para guru terhadap murid-muridnya)

Ternyata, pemberlakuan standardisasi nilai-nilai pelajaran itu, tidak dibarengi dengan standardisasi moral semua pihak di dunia pendidikan. Lalu apa fungsinya tujuan pendidikan nasional digembar-gemborkan agar demi tercapainya individu yang cerdas iman dan akal-nya? Perlukah di-edit dan di draft ulang tujuan pendidikan nasional, seperti: Untuk mencetak generasi yang pintar. (alias…pintar belajar dan berbohong?...Ah, entahlah…)
Sekali lagi, semoga saja negeri ini bisa menunjukkan harga diri yang sejati…seperti di tahun ’45…ketika bangsa-bangsa lain mencoba mengoyak dan mencabik kebersatuan kita…yah, semoga.