Configuration

"between the good and the bad is where

you'll find me reaching for heaven"















FrenshiPath

Daisypath - Personal pictureDaisypath Friendship tickers

Monday, May 24, 2010

"Telaga Diri"

The Pro-Files
----------------------------
---------------------

1. Sitti Rahmi

Berbicara tentang negeri Hindustan, pasti pikiran semua orang takkan jauh dari tarian, nyanyian, dan dunia perfilmannya,…tapi pastinya pikiran geng Doea-satoe 2001 SMA 1 Sigli takkan jauh dari sosok satu ini.

Cewek yang punya nama lengkap Sitti Rahmi, anak ketiga pasangan Muzakkir Amin dan Nilawati, pernah didaulat sebagai Kajol-nya SMA 1, kendati dia sendiri menolak mentah-mentah hasil voting anak-anak sekelas tersebut. Alhasil, hingga detik tulisan ini dibuat, dia harus rela menerima ‘penobatan’ tersebut.

Diantara ‘party of five’, Rahmi menduduki posisi sentral dan paling menentukan. Ia adalah pembuat kebijakan alias sang Ratu. Tentu saja jabatan itu tidak asal jadi, karena faktor external yang membuat dirinya makin terlihat penting adalah kapan saja kita mengadakan raker atau jamuan makan penting lainnya, Ratu selalu merupakan tokoh yang paling akhir dijemput. (untuk Rahmi, silakan melakukan tindakan apa saja, boleh mumun or yang lain, asal jangan sampai kertas ini terlipat, robek, basah atau kotor…hehe…kayak LJK aja ya?)

Diusianya yang telah menginjak dewasa, Rahmi yang kini sedang menekuni profesinya sebagai staf pengajar Bahasa Inggris di sebuah lembaga pendidikan non formal di Banda Aceh guna menyokong dana untuk mengontrol nafsu belanjanya yang di atas rata-rata itu, termasuk figur yang paling jauh dari gosip. Dan kalau ada, itu pun berupa berita-berita yang lurus, tidal miring seperti halnya Kajol, bintang India kembarannya itu.

Untuk masalah ini, ia punya kiat-kiat khusus menghindarinya, yaitu dengan men-cuek-kan segala hal yang tidak ada sangkut paut dengannya,…tapi bila berani menyenggolnya maka…ptiaauww…terimalah akibatnya. (Naa…itu baru cewek militan…dua jempol deh!)

Sekarang, gadis hitam manis penggemar segala yang berjenis KheMr-Mrah ini, tengah mempersiapkan dirinya meniti klimaks di FKIP (Fakultas Kedokteran Ilmu Keperawatan) atau nyusun skripsi, yang merupakan satu-satunya cara meloloskan diri dari kegiatan perkuliahan yang pelik dan sering tidak konsekuen antara jadwal dosen dengan jadwal kuliah tersebut.

“well, whatever the title is, we wish you a good-luck!
Yah, apapun namanya, melati tetap harum.”
(eh, gak nyambung banget ya endingnya? ^^
-----------------------------

2. Nikmal Maula

Korban kedua yang tampil berikutnya adalah Mola, si Penasehat di ‘party of five’. Cewek manis dan ramah ini bias dibilang paling sering gonta-ganti cell phone dan SIMcard-nya, hobi atau bukan, tidak jelas, tapi untuk cell phone terbarunya ini, ada banyak kisah tragis sekaligus lucu plus mengandung unsur kebetulan, karena kebetulan juga penulis ikut mengalaminya.

Dari dulu, sosok Mola selalu bersama Rahmi, akibat kedekatan mereka berdua sejak masih jadi bocah, hingga kemudian penulis bergabung yang merupakan imbas dari hubungan kekerabatan penulis dengan Rahmi, lalu akhirnya kami menjelma menjadi sebuah trio kompak banget.

Jika sebelumnya, ada cerita tentang Rahmi yang nyaris bebas dari gosip, maka sekarang ada Mola yang hampir sering terkena gosip. Kiatnya? Hm, mungkin karena tidak tegaan, dia jadi susah untuk memberi penjelasan, alhasil, sebagai teman-teman yang baik dan setia (ciee…) kami langsung mengambil alih dan segera mengadakan jumpa pers untuk mengklarifikasi masalah-masalahnya tersebut. Biarpun kemudian tetap ada yang bandel pada keyakinan terhadap benarnya isu itu, kami sepakat tunduk pada pepatah lama, anjing menggonggong, khafilah tetap berlalu. (Tul gak, Mol?)

Satu hal yang tidak pernah disangka sebelumnya pada party ini adalah secara ajaib, kita semua adalah komunitas PSIK Unsyiah. (Gak sengaja, lho…)

Gadis yang selalu terlihat kalem ini, termasuk orang yang gampang di deteksi keberadaannya, alias tidak terlibat kegiatan ekskul luar kampus, alias tidak sibuk organisasi sana-sini, dibandingkan personil lain, sehingga bila ada yang perlu bantuannya baik moril atau materil, langsung saja ke kediaman sang Penasehat. Dia akan memberi ‘nasehat’, baik berbentuk kata maupun barang. (Bagus ‘kan?)

Masih ada hal yang bisa dicongkel dari ingatan masa lalu penulis, seperti saat-saat les bahasa Inggris di tempat Miss Yet. Mola, yang punya kebiasaan tidak segan-segan merogoh kocek untuk ‘baksos’ tim, merupakan salah satu makhluk terlama bertahan bersama penulis ketika belajar di sana. (Wah, Mol, jadi ingat lagi nih, masa-masa ceria sejak SD dahulu, lama juga kita ya?)
“years gone by, memories stand by”
--------------------

3. Enny Jurisa

Anggota ‘party’ satu ini, yang paling fresh dikenal sebelum benar-benar menjadi yang paling akrab dengan penulis. Alasannya cukup jelas. Dialah teman sebangku penulis sejak ia melangkahkan kaki masuk ke kelas dua-satu SMA 1 Sigli tercinta, demi menggantikan posisi Ferry Misnawati, teman sekongkol dahulu.

Si penyuka warna ungu ini mengaku paling sering bernasib sial sehubungan dengan nama pemberian orang tuanya itu. (padahal udah capek-capek dipotong kambing satu ekor lagi, ya ‘kan En?). Mulai dari salah tulis di ijazah, sampai salah tulis di surat dan SMS. Bisa dibayangkan pusingnya Enny memikirkan itu semua, namun ia tetap ikhlas berlapang dada menerima ujian dari Allah tersebut. (syukurlah, meski nama penulis panjang, tapi ujian serupa tidak menimpa…Tabah aja ya…)

Mahasiswi PSIK yang ngantor di departemen Pengmas PEMA Unsyiah sekarang diberi amanah Tabibah oleh sang Ratu, mengingat sepak terjangnya yang intens di baksos-baksos berbagai tempat, di bidang kesehatan. Kemudian, semenjak tragedy 26 Desember 2004 lalu yang mengakibatkan munculnya banyak pengungsian secara sporadik, semakin mengokohkan dirinya sebagai Tabibah, dan membuatnya rela menjalankan misi-misi kemanusiaan untuk kesehatan ke segala pelosok Nanggroe Aceh Darussalam.

Hal ini pula yang turut menjadi salah satu lecutan pada pribadinya. Ia menggantungkan sebuah cita-cita yang teramat mulia di kalangan wanita, yakni shalehah. (btw, jadi ingat waktu di kost-an. Kita se-7B kan emang selalu mempropagandakan kata itu setiap ada peluang ngegosip. Luhur sekali keinginan kita saat itu ya... :)

Hm, bagaimanapun, siapa yang menginginkannya perlu kerja yang extra keras untuk mencapainya. (Wah, gak gampang En, ternyata)

“ Where there is a will, There is a way”
---------------------------

4. Silviana

Figur yang satu ini tidak pernah lepas dari kacamata minusnya. Bagaimana tidak, sejak berseragam putih biru, Silvi sudah mulai ketergantungan kecamata dan hingga detik ini penulis belum pernah mendapatinya tanpa barang tersebut. Yah, harap mahfum, kalau itu tidak ada, dia tidak akan melihat dengan jelas dunia yang fana ini.

Namun, dibalik itu, ternyata gadis yang berdomisili di Padang Tiji ini sangat gandrung pada pelajaran yang sering ditakuti mayoritas siswa, yaitu matematika. Menyikapi hal ini, penulis mengkategorikan sebagai sebuah fenomena alam nyata yang patut diberi ancungan jempol.
Kecintaannya akan Matematika, membawanya menuju jurusan Matematika MIPA Unsyiah. Silvi pun menunjukkan kapabilitasnya terhadap hampir seluruh mata kuliah yang rata-rata berhubungan dengan ilmu pasti tersebut. (aduh, puyeng nih!)... Terus, dia (sebentar lagi) menamatkan studinya di situ dengan menyandang gelar Cum laude. (wow, Sil keren wae)...

Ketika masih duduk di bangku SMA 1, Silvi pernah mengalami kejadian seru yang menyangkut garis keturunan ayahnya alias Sumatra Barat. Momen itu terjadi saat sesi diskusi yang lumayan alot di kelasnya mengenai masalah pernikahan di daerah Sumbar. Sebagian temannya berargumen bahwa mahar bagi pengantin wanita diberikan oleh pihak lelaki sesuai syariat dalam Islam. 'Adat basandi syara’, Syara’ basandi Kitabullah', begitulah bunyi pepatah lama masyarakat sana.

Tetapi, Silvi menyatakan bahwa pihak wanitalah yang memberi mahar, seperti tradisi rakyat India. Mendengar statement Silvi, gegerlah seisi kelas. Mereka kontan menvonisnya sebagai penganut aliran aneh bin sesat itu. Dan meski Silvi berupaya memulihkan nama baiknya sepenuh tenaga, mereka tetap keukeuh dengan mosi tidak percayanya. Padahal, yang dimaksud Silvi adalah beberapa daerah di Sumbar saja. (Duh, salah tafsir deh...)

Di akhir masa-masa indah SMA kita, ia berinisiatif menghabiskan waktu di Jambo U. Ia kemudian melemparkan idenya ke tengah-tengah kegersangan ide sekawanan gadis CERIA (Cerdas, Imut ‘n Alim), yang lalu disambut hangat seketika itu juga. Dan, jadilah kami menikmati detik-detik penghabisan sambil memperbincangkan isu-isu global yang sedang mewabah. Seru….

“To be shared, That what friends are for”
-------------------------

5. Hazraty

Atik. Sebuah nama yang tidak asing bagi penulis. Merupakan seorang teman yang cukup lama dan akrab dengan kehidupan hari-hari penulis, karena walau berbeda SMP, kami berdua adalah tetangga sekomplek.

Tergambar jelas di benak penulis bagaimana kami biasa melalui waktu bersama, bercengkeraman, bercanda, sedih, susah, semuanya, hingga musibah terbesar di penghujung 2004, membutanya pergi dari sisi kami, teman-temannya.

Kehilangan, itu pasti. Ia seperti lenyap tanpa jejak, entah hidup entah mati. Wallahu a’alam.

Muslimah yang piawai menggunakan penanya dalam menciptakan tulisan-tulisan menarik ini, bersama penulis serta Enny, sering memunculkan kreasi-kreasi segar untuk menyaingi karya-karya besar dunia perfilman. Misalnya saja Tenggelamnya Kapal Gurita, yang mengmbil setting saat KMP Gurita kandas di perairan Aceh, adalah wujud dari persaingan dengan Titanic yang sukses itu. Film ini sendiri diperankan oleh aktor Leo De Katpriok dan aktris EJ Korslette. Juga film The Last Rencong yang dibintangi T. Kurus, yaitu rival The Last Samurai (oleh Tom Cruise).

Selain itu, masih banyak judul yang telah dirilis skenarionya, namun belum didapat pemeran yang sesuai, yakni: Gitar Tak Bersenar, Piano Tak Bertuts, dan Seruling Tak Berlubang, sebagai kecemburuan terhadap film Biola Tak Berdawai.

Cewek blasteran Aceh-Jogja ini, merupakan si pengatur jalannya pemerintahan diantara kami, alias Perdana Menteri. Ini terjadi karena dia sendiri yang mengangkat dirinya ke kursi paling diminati tersebut. Jadi, adalah wajar bila memang dia yang menjabat PM ‘party’, karena sejak pelantikannya, ratu tidak pernah ikut campur. Dan pihak yang lain pun tidak ambil peduli.

Kini, setelah minus PM, ‘party of five’ pun seperti berada di ambang kehancuran. Bahkan sang Ratu bersiap akan membubarkan kabinet, untuk kembali menjadi rakyat biasa.

“Let the rain down and wash away my tears,
A new day has come”
------------------

6. Dewita Yulianti Azmi

Baru saja menapak di usia ke-21, ia harus kembali ke Pemilik yang sesungguhnya.
Ia datang…dan pergi di bulan yang sama, Desember.

Dewita, yang kebetulan menyukai warna hijau sama seperti penulis, adalah teman penulis di SMP 1 Sigli, SMA 1 Sigli, dan akhirnya menjadi teman sekamar di kost-kost-an.

Mungkin baginya, penulis-lah teman sekamarnya yang terakhir, ketika Allah memanggil.
Si aktivis ketua DPM FT periode 2004-2005 ini, punya segudang cita yang belum tersampaikan. Namun, ada satu inginnya yang penulis yakini telah terwujud. Suatu ketika, setelah kepergiannya, penulis menemukan selembar kartu nama. Disitu tertulis lengkap nama dan alamat Dewita.

Penulis membaca dengan setengah berminat, sampai pandangan penulis terpaku pada sederetan kata-kata pesan.

“Be a good Moslem, or Die as Syuhada”
Teman, Allah mengabulkan doamu
--------------------------

7. Muhsin

Si bungsu di keluarga ini, mengaku sangat sangat suka Eksakta, dan paling tidak tahan terhadap yang berbau hapalan. Ia pun segera berancang untuk menembus UMPTN menuju ITB.

Apa mau dikata, takdir berkehendak lain, sang ayah tidak setuju, dan ia hanya pasrah. Terpaksa, ia harus berpuas diri meneruskan studi di FK Unsyiah kebanggaan rakyat Aceh pada umumnya, dan Banda Aceh pada khususnya.

Muhsin, atau Icin, panggilan sayang paman tercinta, termasuk orang yang cukup sering berinteraksi dengan geng penulis. Ia kerap mengajak untuk menggabungkan diri dalam proyek-proyeknya, dan sebagai teman, tentu saja hal itu tidak mungkin kami tolak. Kami menerimanya dengan senang hati dan turut bekerja keras menggolkan programnya tersebut.
Pernah suatu kali, ketika kami semua sedang menggelar Try Out Fokus Gampi, Muhsin berujar bahwa baginya bertemu dengan penulis and gank adalah saat-saat terakrab dan ia bagaikan menemukan dunianya yang hilang. (Yee, emangnya kayak The Lost World, film arahan Pak Steven Spielberg itu?)

Di kala lain, ia pernah mendeklarasikan akan membangun patung untuk kami, karena ia merasa kami sangat memiliki andil dalam keberhasilan program-programnya. Tapi saat itu juga, Atik ayng menjadi juru bicara kami menjawab bahwa itu tidak perlu. Kami tidak butuh itu, tambahnya. (Terang aja, kita gak mau, wong komposisi patungnya dari batu + semen gitu, coba dari emas, kan oke tuh buat digadai? Hehehe…)

“Friendship seeks all our attention, and the most important is the character
Without that character, it would be like the wind in the twilight”
-------------------------------------

8. Rahmat
Ustadz Gampong, itulah julukan yang melekat di dirinya atas anugerah dari Atik. Eks ketua kelas dua-satu SMA 1 (sebelum aksi pembelotannya ke kelas dua-sepuluh---red) ini adalah mahasiswa yang tergolong cepat mendaftar sebagai tentor bidang Kimia di Bimafika.
Usut punya usut, ternyata kuliahnya tidak ada hubungan dengan Kimia dan turunannya, atau dengan kata lain, ia belajar di Teknik Mesin FT Unsyiah, atas instruksi bokapnya.
Tak berpatah arang, Rahmat berusaha mengalihkan minat terhadap pelajaran kesayangannya itu dengan menjadi pengajar di bimbingan belajar. (wah, kasusnya sama kayak Rahmi donk! Ngajarnya A, eh kuliahnya D…)
Awal keakraban kita semua ini ditandai dengan dekatnya jalinan pertemanan antara Rahmat dan Atik. Ini lalu menjalar ke lembaga tempat mereka mengabdikan diri. Tapi anehnya, hubungan keduanya sering dibumbui bentrokan-bentrokan kecil yang tidak sampai menyebabkan luka-luka yang berarti, sehingga rekan-rekan sejawatan mereka mengira sedang terjadi perang yang cukup panas atau sejenisnya. Padahal, itu semua hanya kamuflase untuk menutupi hal yang sebenarnya, yang bahwa hakikatnya mereka berdua sangat akrab. (yee…dasar…)
“Never put off until tomorrow, what you can do today”
-----------------------------------

9. Orizal Safitri
Membaca namanya, banyak orang akan beranggapan bahwa Orizal adalah seorang perempuan. Bahkan, ada yang berkata bahwa namanya salah tulis, salah ketik, ataupun salah baca. Mengetahui hal ini, sepertinya dia sudah tidak ambil pusing. Mau diapakan lagi, toh, memang sudah begitu diri.
Sebagai mantan orang nomor satu di SMAN 1 Sigli, tak pelak lagi, dia sangat dikenal di kalangan siswa-siswi, dan juga guru-guru, bahkan penjual-penjual mi di kantin sekolah. (ya wajar dong, dia kan butuh makan juga!)
Bagi penulis pribadi, memiliki seorang teman yang punya popularitas dan ketenaran seperti Orizal adalah suatu kebanggaan. Dengan hal demikian, maka secara tidak langsung pamor penulis juga ikut-ikutan terangkat.
Pun begitu, penulis tetap menjaga agar selalu rendah hati, walau dikelilingi oleh figur-figur terkenal. :)
“Again, let’s talk about friendship”
-----------------------------

10. Ikramullah
Satu-satunya teman ikhwan yang pernah bertetangga dengan penulis, baik di kampung halaman maupun di rantauan, ialah Ikram.
Beliau bahkan sempat menjadi bapak kost penulis and friends di seputaran Jeulingke. (hm, jarang-jarang nih event ginian…)
Pemilik kost yang sedang merampungkan studinya di Fak. Pertanian USK ini malah sering berbaik hari merelakan rumahnya, yang kebenaran berada di samping kost penulis, menjadi ajang mangkal plus latihan grup nasyid BELIA, dimana ia sendiri tergabung di dalamnya.
Dapat ditebak, dengungan suara mereka pun terdengar hingga ke paguyuban penulis. Reflek, bakat iseng bin jail anak-anak kost turut berpartisisapi…eh…berpartisipasi. Kami ikut-ikutan berubah rebut, namun bukan merdunya suara yang muncul, melainkan riuh-rendahnya seruan anak-anak kost berbicara, dari mulai anjing tetangga, ayam-ayam rumah kost depan, binatang-binatang peliharaan di kampung, sampai bintang-bintang film di tiap inci penjuru dunia. (kalau diingat-ingat lagi, malu-maluin sih sebenarnya, soalnya kita pengennya ‘kan jadi kalem bak puteri-puteri Solo itu… ^^
“Remember every moment you’ve passed by,
keep it in your mind and memorize”
-----------------------------

11. Zahrul Umran
Putra pertama bapak Umran ini merupakan teman penulis yang tetap terlihat manis meskipun berkulit hitam, alias hitam manis. (Rul, kalo mau bilang makasih, gak usah segan-segan ya..^^)
Saat pertama kali berkenalan, juga ada Romiansyah, dan berteman, kita sama-sama mengikuti les bahas Inggris di tempat Miss Yet. Penulis sempat keder juga berada di antara komunitas SMP 2 Tijue tersebut, mengingat status penulis yang henya satu-satunya siswi SMP 1 Sigli disitu.
Dasar memang kelewat sok Pe De dan karena merasa ada Cut Eka yang selalu menyertai, penulis mencoba beramah-tamah ke seluruh peserta lest itu. (abisnya, mereka semua ‘kan konconya si Cut Eka, jadi mo gimana lagi…yah, terpaksalah…)
Dipikir-pikir, kenal lebih cepat ada untungnya juga, karena ketika bertemu di SMA, penulis sudah merasa akrab dengan Zahrul cs. (bener ‘kan?)
“Experience is the best teacher – Experintia est optima rerum magistra”
-----------------------------

12. Zulkarnain
Jika ada yang merasa berteman dengan pribadi murah senyum ini, dan mengalami kesesatan di lingkungan kampus Kedokteran USK, maka penulis menyarankan agar menyebut namanya di depan kumpulan mahasiswa di sekitar situ, niscaya mereka akan memberitahu jalan keluar dan membebaskan nasib si orang malang. (ciee…segitunya…)
Pemilik nama kecil Dek Nen ini, akrab disapa dengan panggilan Zoel oleh rekan-rekan kampusnya. Keluwesan sikapnya dalam bergaul menyebabkan ia mampu diterima di berbagai kalangan. Ibu kost yang bukan ibu kandungnya, teman-teman kost yang beraneka karakter, teman kuliah dari berbagai daerah, dosen-dosen yang berlainan sifatnya, ibu kantin yang berjualan, pegawai bengkel sepeda motor, dan masih berjubel makhluk lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semuanya pasti mengenalnya. (ya iya lah!)
Dalam sejarah kehidupan penulis, baru dengan dia lah penulis harus tunduk dan patuh. Penulis dengan tawakkal dan pasrah mendengar dan mengikuti setiap perintahnya, karena kalau tidak, penulis akan berada pada posisi yang sulit, mengingat kapasitasnya sebagai asisten lab di fakultas kala itu. (hehe…sekarang baru berani ngeluarin unek-unek selama ini…sori ya… ^^)
Saat ini, dia terlihat sibuk di kampusnya, karena selain nyambi menjadi asisten lab, di terjun di organisasi paling bergengsi di FK atau BEM. Menurut desas-desus yang kian santer berhembus, dia akan dinobatkan menjadi salah satu kandidat orang kuat BEM. Dan bila kabar ini benar, semoga Zoel bias tetap ramah dan tidak melupakan sobat-sobat lamanya…
“May God lead you to the right path”
---------------------------------------------------------------------------------------------------

Kepada Yang Lainnya…

“berteman tidak hanya dengan satu, dua, atau beberapa orang saja. Ia harus lebih dari itu. Keakraban butuh pengertian, kedekatan perlu pembinaan. Ia berwaktu. Terkadang pencapaian tidak sepenuhnya ada, namun pertemanan adalah kepastian. Ia tidak ragu. Akan kusebut satu demi satu…”
~~~Cut Iranda Gusrina, la belle de la Blang Asan. Nela Eliza, si lembut yang manis. Purnama Widi, M. Irfan Ginanjar, “Bandung, kumaha damang?” Jafrullah, professor kebanggaan 3 IPA2. Eva Husriana, teman sebangku-ku di kelas tiga. Kresna Chandra, “sibuk nih di Jakarta?” Chaerul Rizal, “Gimana kabarnya sekarang?”
~~~Fuadil Akbar, mantan kawan berantemku. Hendra Sagita, yang lagi serius di PIM. Nurmaya Shinta,”ingat kampung dong?” Dermawan Abdillah, “udah kerja, ya?” Siska Ariestia, si jangkung angk. 01. Sheila Marlisa, yang bosan di kelas unggul. Suharrita, “dimana sekarang?” Mariani + Dewi Sartika, “udah kelar nih kuliahnya?”
~~~Elsy Citra Delviana, si imut kecil. Cut Eka Putri, teman sepermainan kecil-ku. Aidil Azhar, eks pemimpin kelas dua-ku. Ami Wandi, “baek-baek ‘kan?” Juga, Reza Kamarullah, semoga Allah merahmati. Romiansyah, teman akrabku di les. Fadli, ketua FUAT periode ini. Leni Andriani, yang pernah se-kost.
~~~Cut Nadya, Cut Maisarah, Elly Susanti, Erlina Suri, Meutiawati, Nova Ellyzar, Yusril Mahendra, Ibnu Nizar, Ilham Anshari, M. Iqbal, Mirza Husni, Misriani, Nurmaliasari, Satria Ferry, dan teman-teman yang pernah bertegur sapa denganku.
I will never forget you…

~salam~

4 comments:

  1. alah....mak jang..................................kirain kenapa ngotot suruh liha web..
    ka...aku ngak sanggup kasih tandatangan nanti

    ReplyDelete
  2. *gubraks* (terdengar suara terjatuh)...

    ckckck...salah tuh kali, yang harus bilang itu mah aku..hehe

    *narsis abis..^^*

    ReplyDelete
  3. "Fuadil Akbar, mantan kawan berantemku" mengingat "Cut Iranda Gusrina, la belle de la Blang Asan"
    .........................wkwkwk

    hmmm.... ga kok, ga suka brantem, cma isenk ganggu aja :D

    makasih udah ingettt .... ;)

    ReplyDelete
  4. ahaha..fuadil, ada baca juga tnyata...aku emang slalu ingat temen2ku kok, scra aku baek hati n suka menabung...;p

    ReplyDelete