Configuration

"between the good and the bad is where

you'll find me reaching for heaven"















FrenshiPath

Daisypath - Personal pictureDaisypath Friendship tickers

Wednesday, July 13, 2011

Beruntungnya Bayi-Bayi Sekarang

Kemaren aku ke kantor walikota buat nyari info akte kelahiran yang versi bahasa Inggris. 

Ehm, mungkin ada yang bertanya kenapa urusan akte lahir pun jadi masalah walikota? Begini sodara-sodara, walikota enggak ngurusin tetek bengek akte kelahiran masyarakat kota, tapi itu gara-gara kantor dinas kependudukan udah pindah kesitu dan akhirnya jadi bersatu dengan gedung walikota, walhasil segala urusan per-pendudukan perkotaan pun jadi urusan per-walikota-an.

Awalnya sih aku enggak sadar, jadi berangkatlah aku ke kantor dinas kependudukan yang lama. Sampe disana, aku tiba-tiba dapat firasat. Kantor dinas kependudukan udah beda atmosfernya dari pas terakhir kali aku kesana ngurus KTP.

Mengikuti firasat, aku pun ngecek nama kantor itu yang terpampang gede-gede walo sayangnya agak ketutup sama dedaun dan ranting-ranting pohon yang besarnya tak usah kau tanya.

Eh, kok namanya bukan 'kependudukan' yah? Aku jadi bego. Menurut penglihatanku yang masih bagus dan tanpa kacamata ini, tulisan nama kantornya jadi 'pemberdayaan masyarakat' gitu deh. Sempat sih aku mikir, emangnya ada gitu kantor yang mengurusi masalah ginian. Hehe.

Karena aku udah terlanjur mengarahkan motor masuk ke wilayah kantor itu, sekalian aja aku tanya-tanya sama orang-orang di kantor tadi. Berharap kalo yang kubaca itu salah, dan sesungguhnya Islam itu indah.

Berdasarkan penuturan orang-orang di kantor itu, dinas kependudukan udah pindah lokasi ke kantor walikota. Udah lama, kata mereka.

Oh, yeah, jadi aku lagi-lagi ketinggalan berita. Great!

Abis ngucapin makasih, aku pun tancap gas menuju kantor walikota yang hampir tiap hari aku lewatin kalo mau ngajar ke kampus.

gedung balai kota Banda Aceh (skyscrappercity.com)
Gedung balai kota alias gedung walikota Banda Aceh ini baru dibangun, jadi lebih bagus dari yang sebelumnya.

Kemaren itulah untuk pertama kali aku menjejak kaki kesitu setelah lama berkontribusi membuang karbondioksida di kota ini. Hehe.

Berhubung enggak mungkin nyeret-nyeret motor masuk ke dalam gedung (ya iyalah), kuparkirkan aja dia di tempat yang tersedia.

Karena itu debut perdana aku masuk, aku jadi penasaran banget sama isi interior dalamnya. Yah, kan kalo dari luar, kelihatan wah en gimana gitu.

Pas di dalam, aku cukup terkesan, walo enggak ada yang surprising banget. Maunya sih pas masuk, ada gebyar berhadiah bagi pengunjung ke-1000 gitu. Ngarep terus.

Oke, kembali ke urusan awal.

Tadinya kukira bakal ribet nyari dinas kependudukan yang udah relokasi, ternyata dia terletak pas di bagian lobby gedung balai kota. Aih, gampang pisan, euy.

Celingak-celinguk kanan-kiri depan-belakang, aku akhirnya ke meja yang cukup sibuk dan melayangkan pertanyaan seputar urusan akte lahir.

Karena kubilang aku perlu akte berbahasa Inggris, jadi bapak-bapak di meja itu menyuruhku ke bagian lain. Kayaknya yang lebih ngerti urusan akte-meng-akte gitu.

Di bagian itu, aku nanya-nanya tentang kemungkinan akte lahir diterjemahkan ke bahasa Inggris, secara aku udah punya yang versi bahasa Indonesia.

Si ibu disitu ngasih lihat akte lahir yang tersedia di kantor itu, yang rupanya versi bilingual, ada Indonesia dan Inggrisnya sekalian. Ajib. Cakep banget.

Akte versi ginian udah beberapa tahun berjalan. Setelah tsunami, makin gencar dokumen-dokumen diubah jadi punya versi bahasa Inggrisnya. So, bayi-bayi yang lahir sekarang udah enggak perlu susah mikirin mau terjemahin dokumennya ke bahasa internasional. Di era yang udah makin canggih ini, para bayi bisa tenang dan gampang kalo mau ngurus kuliah ke luar negeri atau berhubungan dengan masyarakat dunia lainnya.

Tapi... masalahku masih belum ada jalan keluar nih.

Trus, kutanya tentang kemungkinan akteku dilegalisir di Banda Aceh. Again, karena aku kelahiran Sigli, jadi otomatis aku harus minta dilegalisir di kota Sigli. Oh, wow. Makin great.

Bisa aja dilegalisir di Banda Aceh asalkan udah diterjemahkan di Sigli. Hadoh, itu mah sama aja. Ke Sigli juga kuharus kembali.

Ujung-ujungnya, aku ke lembaga bahasa Unsyiah, dan minta diterjemahkan disana.

Next step... Nah, ini dia. Dokumen itu harus entah gimana caranya ada di Sigli dan disahkan di kantor kependudukan sana.

Karena aku enggak bisa mudik lama karena aku kerja sepanjang minggu, ditambah aku bukan tipe orang yang sanggup bolak-balik Banda Aceh-Sigli dalam itungan satu hari satu malam, terpaksa aku mengerahkan sukarelawan di Sigli saja.

Cuma itu yang bisa kupikirin sekarang. Gak tau lagi deh gimana mau selesainnya.

Yang aku tau pasti adalah:  
Jadi anak bayi yang dilahirin di masa ini beruntung banget. Kelak pas dia udah gede en mau lanjut sekolah ke luar Indonesia, urusan trenslet-mentrenslet dokumen ke bahasa Inggris gak perlu jadi problem. Semua udah ready served, baby!

No comments:

Post a Comment