Pertemuan kami di suatu malam itu tidak sempat kami dokumentasikan, sehingga tidak ada bukti fisik yang bisa diperlihatkan ke semua.
Tapi akhirnya, kami berhasil menyusun waktu di hari Minggu, tanggal 17 lalu, bersama beberapa teman yang lain untuk bersua kembali dengan dua anak kecil yang kami temui malam itu, Yuna dan Zahra.
Rumah yang kuceritakan di postingan lalu itu merupakan rumah Yuna, sehingga ketika kami kembali ke daerah itu, tentu saja kami menuju rumah Yuna terlebih dahulu.
Karena awal kami ke sana di malah hari, maka tidak begitu kentara rasanya keadaan tempat tinggal mereka. Namun, begitu di sore Minggu itu kami mengobservasi lingkungan tinggalnya, suasananya sungguh tak terbayangkan.
Bagaimana bisa, orang-orang tinggal di lingkungan tersebut. Bayangkan saja, lingkungan tinggal mereka adalah kawasan TPA alias tempat penampungan akhir seluruh warga kota Banda Aceh kita tercinta ini, yang dipusatkan di Kampung Jawa.
Aku tidak bisa memikirkan bagaimana seorang anak seperti Yuna dan Zahra itu terlahir di sini, bertetangga dengan aroma sampah yang memenuhi udara. Kemudian tumbuh besar bersama para sampah, lalu menggantungkan kelangsungan hidup dari tumpukan sampah-sampah tersebut.
Mereka menyandingkan diri dengan sampah. Mereka terbiasa dengan sampah. Dan, mereka bahkan bak sampah itu sendiri. Terbuang dan tersiakan. Terlupakan.
Tapi, tentu saja. Aku tahu, dan kau pun tahu. Bahwa mereka bukan sampah.
Mereka adalah kepingan-kepingan kehidupan yang terlepas dari asalnya.
Menunggu kepingan-kepingan lain menyadari nasib mereka, dan mengajak mereka kembali.
Ke asalnya.
inilah rumah Yuna yang sempat kami singgahi di malam itu |
potret kehidupan anak-anak di sana |
lihatlah, sampah botol bertumpuk di sisi rumah mereka |
ini adalah rumah Zahra, anak kecil yang kami jumpai di malam itu |
kami berbicara cukup lama dengan orang tua Zahra |
jalanan di sekitar rumah mereka |
mereka masih dapat berkompromi dengan kacaunya keadaan |
kami juga sempat berbincang dengan para tetangga |
sebuah pemandangan yang cukup kontras: motorku dan rumah mereka... |
No comments:
Post a Comment